Laporan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Pekan ASI Dunia Tahun 2017 mengambil tema "Bekerja Bersama Untuk Keberlangsungan Pemberian ASI".
Berikut adalah tiga fokus Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, untuk membantu terwujudnya SDGs (Sustainable Development Goals) 2030 :
Pertama, mendorong pratek pemberian ASI Ekslusif pada bayi, yang berfokus untuk ibu pekerja yang menyusui.
Menurut Anung Sugihantono, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, menyatakan kini ada 80 persen ibu menyusui berada pada posisi bekerja.
"Tahun 2016 berdasarkan pemantauan gizi di 516 kota atau kabupaten, dan 165.800 bayi, didapatkan hasil hanya 54 persen ibu yang memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan," tambahnya.
Selain mendukung semua pihak untuk memenuhi pratek pemberian ASI bagi ibu pekerja, fokus lain Pekan ASI Dunia Tahun 2017 memberikan pemahaman bahwa ASI menjadi satu komponen yang ikut mencerdaskan bangsa.
"Menyebarkan di tingkat komunitas, selain dukungan suami dan keluarga, lingkungan sekitar juga menjadi penting," kata Anung Sugihantono, yang ditemui Tribunnews.com, Kamis (3/8/2017).
Ketiga, fokus Pekan ASI Dunia Tahun 2017 adalah mengajak semua pihak organisasi profesi, LSM, media, ikut mengkampanyekan semua hal yang berhubungan ASI, termasuk mengambil sikap pada pihak - pihak yang menghambat tercapainya pemberian ASI dan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini).
"Tantangan yang terjadi adalah intervensi iklan, informasi susu formula pengganti ASI, makanan pengganti ASI atau pendamping ASI.
Penyelenggaran Pekan ASI Dunia Tahun 2017 tidak hanya terbatas sepekan, tetapi dilaksanakan sampai akhir tahun 2017.
Puncak kegiatan Pekan ASI Dunia Tahun 2017 di pusat akan dilaksanakan Kamis (9/8/2017), di kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatab, dalam bentuk seminar yang menghadirkan pakar ASI dan pakar kesehatan.