TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Minimnya pengetahuan dan edukasi bahaya kanker serviks serta paradigma salah yang beredar di masyarakat, bahwa kanker serviks hanya terjadi pada wanita usia lanjut mengakibatkan wanita yang datang ke dokter telah menderita kanker serviks masuk stadium lanjut.
Padahal kanker serviks terjadi pada wanita dengan segala usia sehingga pemeriksaan pap smear perlu dilakukan sejak awal untuk mengetahui ada tidaknya virus human papilloma virus yang menjadi pencetus kanker serviks.
“Sekitar 70 sampai 75 persen orang yang aktif secara seksual berpotensi tinggi meningkatkan kankers serviks,” kata dokter spesialis Obgyn Siloam Hospitals, Lippo Karawaci, Dyana Safitri Velies.
Ia mengatakan, pemeriksaan pap smear dilakukan secara berkala atau rutin.
Ada dua waktu yang baik untuk melakukan tes pap smear. Yakni dua kali, saat perempuan berusia di bawah 14 tahun dengan rentang waktu 6 dan 12 bulan dan tiga kali pap smear bagi mereka di atas usai 14 tahun dengan rentang waktu 0-2-6, yakni saat pertama kali, dua bulan kemudian dan 6 bulan kemudian.
“Di RSU Siloam, dalam satu bulan tidak sampai 10 wanita yang ingin melakukan deteksi dini dengan melakukan pap smear,“ ujar Dyana.
Inveksi pada kanker rahim membutuhkan rentang waktu antara 20-30 tahun.
Adapun upaya pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain jangan berhubungan seksual saat remaja, setia pada satu pasangan, gunakan pelindung dan terapkan pola hidup sehat.
Pencegahan primer dengan vaksin HVP untuk kekebalan tubuh atau mengkonsumsi tablet khusus.
Pencegahan sekunder bagi yang terinveksi dengan pemeriksaan DNA HVP dan papsmear. Kemudian Pengobatan tersier bagi yang sudah terkena kanker seperti operasi, radiasi, kemoterapi dan kemo-radiasi.