News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ibu Tak Haid Setelah Suntik KB, Amankah Kontrasepsi Ini? Simak Penjelasan Ilmiahnya

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

suntikan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Awal bulan September ini kisah pilu Ibu Mey Erlyn menggunakan kontrasepsi suntik ramai dibicarakan.

Cerita tersebut saat ini sudah di share oleh lebih dari 20 ribu netizen dan menjadi viral bahkan telah diberitakan oleh beberapa media online nasional.

Ia menceritakan pengalaman buruknya melalui sebuah tulisan yang diunggahnya ke Facebook, Jumat (1/9/2017).

Awalnya saat ia bingung memilih KB apa yang bugus untuknya, dokter menyarankan untuk KB suntik 3 bulan.

Apalagi posisinya saat itu sedang menyusui anak pertamanya.

Tak terjadi apa-apa saat dirinya sudah menggunakan KB suntik 3 bulan, hanya saja yang dialami, ia tidak menstruasi/haid.

Tak merasa khawatir atau takut karena memang kebanyakan orang mengalami hal demikian.

Lalu selang beberapa tahun saat usia anaknya sudah 3 tahun, ia ingin menambah momongan.

KB suntik 3 bulanan itu pun ia hentikan, tepatnya pada bulan Februari 2017.

Hanya saja setelah dihentikan, dirinya merasa ada yang janggal karena tidak kunjung menstruasi.

Hal itu pun terjadi hingga 8 bulan setelah berhenti KB.

Ditambah ia merasakan sakit di bagian bawah perut serta mengalami keputihan yang sebelumnya tidak terjadi saat masih pakai KB suntik.

Pun ia memeriksakan kesehatannya ke dokter kandungan agar diketahui apa penyebabnya.

Dokter akhirnya menyarankan untuk USG.

Betapa terkejutnya saat melihat hasilnya yang ternyata ada pembekakan di dalam rahimnya.

Rahimnya terinveksi karena menurut dokter darah kotor tidak keluat selama 3 tahun lebih.

Sehingga dirinya disarankan operasi untuk membersihkan rahimnya jika ingin hamil lagi.

Baca: 3 Tahun Tak Menstruasi usai Pakai KB Suntik, Wanita Ini Mesti Dioperasi, Alasannya Ngeri!

Professor Biran Affandi (ist)

Terkait dengan hal tersebut Professor Biran Affandi, MD, PhD, Guru Besar dari Departemen Obstetri-Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memberikan ulasanya.

Dalam keterangannya yang diterima Tribunnews.com dari Humas BKKBN Professor Biran Affandi, MD, PhD menjelaskan penggunaan KB Suntik atau hormonal ada 2 macam yaitu yang hanya mengandung progestin saja dan yang mengandung progestin dan estrogen (kombinasi).

Yang mengandung hormon progestin saja yaitu susuk KB, suntik 3 bulanan, minipil atau POP9progestin only Pill, dan IUD yang mengandung hormon.

Sedangkan yang hormon kombinasi terkandung di suntik 1 bulanan dan pil KB.

Progestin akan menekan ovulasi, membuat getah serviks menjadi kental dan membuat selaput lendir rahim menjadi tipis atau tidak tumbuh.

Dengan ketiga kerja tersebut, progestin mencegah kehamilan.

“Selaput lendir menipis atau tidak tumbuh membuat keluhan pendarahan berkurang atau bahkan pada beberapa kasus tertentu terkadang selaput lendir tidak terbentuk sehingga tidak terjadi pendarahan” kata Prof. Biran.

“Gangguan haid pasca KB suntik bisa berbeda-beda. Ada wanita yang setelah tiga sampai enam bulan kerja hormonnya kembali normal. Lantas, ovulasi dan menstruasi datang lagi dengan teratur. Tapi ada juga yang perlu waktu sampai satu tahun, terhitung dari KB suntik dihentikan. Kembalinya kesuburan pasca berhenti menggunakan kontrasepsi memang lebih lama dibanding dengan penggunaan pil KB, karena obat yang diberikan tidak mengandung hormon kombinasi dan digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga sistem kerja hormon tidak berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan efek samping KB suntik juga masih mungkin terjadi setelah pemberian KB suntik dihentikan”, tambah Prof Biran.

Prof Biran mengingatkan, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, calon pengguna kontrasepsi perlu dilakukan Konseling atau KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi).

Konseling sebaiknya dilakukan dari sebelum penggunaan kontrasepsi, agar dapat diberikan KIE mengenai keuntungan dan efek samping penggunaan kontrasepsi, karena setiap individu berbeda hormonnya dan pengguna kontrasepsi juga harus selalu memeriksakan dirinya berkala ke Dokter atau Bidan yang kompeten.

“KIE itu diperlukan baik untuk masyarakat ataupun untuk tenaga medis yang melakukan pelayanan, tugas Dokter itu adalah untuk mensejahterakan masyarakat, salah satunya adalah dengan memberikan informasi yang jelas dan tidak membuat ketakutan kepada pasien” ungkapnya.

Apabila kita mengalami hal seperti ini yang dilakukan adalah konsultasikan ke Dokter atau tenaga medis, mereka akan menyampaikan Konseling KIE yakni Komunikasi apa yang terjadi sehingga tidak kunjung haid, ini terjadi karena selaput lendirnya tipis sekali atau tidak terbentuk sama sekali akibatnya tidak ada darah haid yang keluar.

Informasi bahwa hal ini terjadi pada mereka yang menggunakan kontrasepsi susuk (implant), suntik dan pil tapi yang paling banyak pada yang menggunakan susuk dan suntik.

Kemudian perlu diberikan Edukasi bahwa menurut penelitian sebenarnya tidak ada masalah terhadap kesehatan terkait penggunaan kontrasepsi.

“Terkait ada pernyataan dari dokter yang mengatakan bahwa adanya infeksi setelah menggunakan alat kontrasepsi dalam hal ini menggunakan KB hormonal jenis Suntik 3 bulanan perlu diperiksa kembali kebenaranya. Penggunaan kontrasepsi hormonal pun jangan melupakan keuntungan lain (non contraceptive benefits), seperti ovulasi yang tertekan menyebabkan risiko kanker ovarium (indung telur) sangat berkurang, getah servik kental bukan hanya mencegah sperma masuk ke rahim untuk mencegah kehamilan tetapi juga mencegah kuman penyakit masuk dan membuat kemungkinan infeksi panggul sangat menurun, juga dengan menipisnya selaput lendir akan terhindar dari terjangkitnya kanker endometrium”. Pungkas Prof. Biran

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini