TRIBUNNEWS.COM - Bila bayi lahir, semua yang ia butuhkan dari seorang ibu adalah dukungan, keamanan dan makanan.
Menyusui adalah hal yang mencakup ketiganya.
Tapi saat anak tumbuh, maka kebutuhannya akan berubah begitu pula dengan pola makannya.
Perlahan dan mantap Ibu harus membantu anak untuk mengonsumsi cairan lain, pindah ke semi padat dan kemudian mengembangkan rasa untuk makanan padat.
Menyapih adalah sebuah proses di mana bayi mengubah pola makan dari menyusui menjadi semi padat ke padatan.
Menyapih merupakan tonggak penting bagi ibu dan bayinya. Tapi seringkali Ibu bingung dengan pertanyaan seperti, 'Kapan harus mulai?' 'Bagaimana cara melakukannya ?,' 'Makanan apa yang harus diberikan?'.
Tapi saran dokter untuk tidak terburu-buru memberikan makanan semi padat atau cairan lainnya terlalu cepat pada bayi.
“Ikuti aturan menyusui bayi Ibu secara eksklusif selama enam bulan pertama. Tidak perlu air atau cairan lain untuk diperkenalkan dalam makanan awal bayi," kata Dr Santanu Sen, konsultan dokter spesialis anak Kokilaben Dhirubhai Ambani Hospital, Mumbai.
Menyusui membantu bayi Ibu membangun kekebalan tubuh, mengurangi kemungkinan alergi, membantu memersiapkan sistem pencernaan agar berkembang dengan baik untuk mentolerir makanan lain pada saat waktunya.
Begitu bayi melewati usia enam bulan, Ibu bisa mulai menyapih bayi dengan mengingat hal-hal berikut:
Mulailah dengan cairan bening: Cobalah jus buah. Sebaiknya bersihkan terlebih dahulu buah yang akan dijus dan jangan langsung berikan beberapa sendok sekaligus.
Kemungkinannya, bayi akan merasakan manis berlebih yang mengharuskan ia perlu beradaptasi dengan transisi ini tanpa banyak rewel.
Ibu juga bisa melakukan hal yang sama dengan memberikan nasi. Bayi mungkin akan menolak pada awalnya, tapi secara bertahap akan menerima transisi.
Berikan hanya sedikit sendok pada awalnya dan jangan memaksanya makan.
Begitu Ibu memulai dengan cairan, pertahankan rutinitas setiap hari untuk membantu bayi menyesuaikan diri dengan perubahan rasa dan makanan.
Setelah seminggu mencoba, tingkatkan jumlahnya. Begitu bayi mulai menelan jus dan cairan bening lainnya dengan gembira, inilah saatnya untuk beralih ke langkah berikutnya.
Tingkatkan konsistensi secara bertahap: Bila cairan yang bening dan cairan lainnya menjadi bagian dari rencana pola makan anak, mulailah pada makanan bubur dan makanan yang dihaluskan.
“Jangan mencoba memberi buah atau sayur yang sudah dibubuhkan segera setelah cairan. Alih-alih hanya meningkatkan konsistensi jus sehingga sedikit lebih tebal,” saran Dr Santanu.
Ibu bisa melakukan hal yang sama dengan sup sayuran. Begitu bayi merasa nyaman dengan jus dan sup yang lebih tebal teksturnya, teruslah menambah konsistensinya setiap hari.
Tawarkan makanan yang dihaluskan dan ditumbuk: Berikan buah yang telah direbus atau sayuran rebus kemudian tumbuk saat bayi sudah dapat duduk dan menelan makanan dengan baik. Ini terjadi ketika bayi berusia sekitar tujuh bulan.
Apel kukus, kentang tumbuk atau pisang matang merupakan pilihan yang bagus untuk memulai dengan makanan halus dan ditumbuk.
Ibu juga bisa mencoba rebusan sayuran hijau tua, wortel, labu, kacang-kacangan, kacang polong, labu dan juga bit.
Ingat! bayi Ibu mungkin tidak mengonsumsi lebih dari dua atau tiga sendok pada awalnya.
Secara bertahap coba dan tingkatkan konsistensi dan jumlah pakan setiap minggunya. Jangan memberikan sayuran mentah karena bisa menyebabkan tersedak.
Jauhkan dari bumbu: “Menahan diri dari penggunaan gula, garam, madu atau apapun sambil menyiapkan makanan bayi. Menggunakan susu formula dalam persiapan masih diperbolehkan,” kata Dr Santanu.
Cobalah satu makanan sekaligus: Saat mencoba makanan yang berbeda, selalu pastikan Ibu mengenalkan satu makanan sekaligus dan tunggu seminggu sebelum mencoba yang baru.
“Dengan cara ini Ibu akan tahu apakah bayi mengalami alergi terhadap makanan dan juga jika bayi dapat mencerna makanan dengan baik,” lanjut Dr Santanu.
Perkenalkan pola makan yang tepat pada bulan ketujuh atau kedelapan: Jangan terus bereksperimen dengan makanan baru terlalu lama. “Pada usia delapan bulan, bayi harus diberi makanan sarapan, makan siang dan makan malam dengan tepat. Selalu buat makanan yang baru disiapkan untuk bayi,” saran Dr Santanu.
Ikuti tingkat toleransi bayi: Jika bayi menolak makanan atau makanan baru, jangan memaksakan ia untuk tetap memakannya. Hentikan dari menu tersebut untuk sementara dan coba setelah seminggu.
Juga jangan mencoba memberi makan bayi semua yang ada di piring. Ini hanya akan membuat waktu makan menjadi stres bagi anak-anak kecil. Sebaiknya hormati kecepatan dan selera makan bayi dan sesuaikan dengan kebutuhannya.
Jangan blender makanan setelah bulan kesembilan: Ini adalah praktik yang baik untuk mencairkan makanan untuk bayi saat Ibu baru mengenalkannya, tapi setelah bulan kesembilan menggunakan blender tidak disarankan lagi.
Ini akan membantu bayi untuk menelan makanan dengan lebih baik dan mulai menoleransi zat padat segera.
Hindari Makanan Kemasan
Hindari makanan olahan atau kemasan: Sebagai aturan, jangan berikan makanan kemasan atau makanan bayi olahan.
“Jika Ibu ingin menambahkan produk susu seperti keju ke makanan bayi dan bukan yang diproses, cobalah buatan sendiri. Ini sehat dan aman," kata Dr Santanu.
Jika Ibu ingin mengenalkan makanan nonvegetarian, Ibu bisa melakukannya setelah delapan bulan. “Ingatlah untuk merebus telur dengan baik sebelum diberikan kepada anak. Mulailah dengan ayam dan ikan dalam jumlah kecil. Rebus ayam atau ayam rebus tumbuk bisa membuat makanan nikmat," tambah Dr Santanu.
Jauhi makanan yang bisa menyebabkan iritasi: Banyak bayi mengembangkan alergi pada buah sitrus dan sayuran keras seperti ubi jalar atau brokoli. Lebih baik memulainya setelah usia satu tahun. Juga hindari memberi bayi daging merah karena sulit dicerna pada perut bayi.
Ingatlah untuk melengkapi makanan bayi Ibu dengan ASI. (*)