TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sering mengalami rasa nyeri berlebihan saat menstruasi? Bisa jadi Anda mengalami gangguan penyakit endometriosis.
Endometriosis adalah suatu kumpulan gejala yang salah satunya merupakan nyeri haid dan ketidaksuburan.
"Hal ini disebabkan oleh jaringan endometrium yang letaknya ektopik atau tidak
beraturan, misalnya di ovarium, dinding luar rahim, vagina, usus, dan kandung kemih," kata dr. med Ferdhy Suryadi Suwandinata, Sp.OG-KFER selaku dokter spesialis kebidanan dan kandungan Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) di Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Meski umumnya tidak tergolong mematikan, penyakit ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Beberapa penderita endometriosis juga merasakan sakit saat buang air besar dan kecil ataupun saat berhubungan seks.
"Pengidap endometriosis juga bisa mengalami pendarahan menstruasi yang berlebihan ataupun perdarahan di tinja atau urin," katanya.
Baca: Wanita Ini Ajak Perempuan Lain untuk Minum Darah Menstruasi Mereka Sendiri, Netizen Anggap Ia Gila
Endometriosis umumnya ditemukan pada wanita dengan usia subur dengan prevelensi 1 dari 10
wanita.
Penanganan terhadap penyakit ini bermacam-macam, tergantung pada keluhan yang
dialami.
Untuk keluhan nyeri saat haid biasanya dapat diatasi dengan penggunaan obat-obatan
penghilang nyeri dan obat-obatan hormonal seperti pil KB.
"Sementara itu, untuk keluhan ingin hamil dapat diatasi dengan penanganan fertilitas ataupun kesuburan wanita”, kata Ferdhy.
Hal yang memicu timbulnya endometriosis salah satunya adalah hormon estrogen. Hormon estrogen yang tinggi dapat menyebabkan kondisi yang semakin parah, hal inilah yang kemudian menyebabkan endometriosis umumnya menyerang wanita usia produktif.
Selain hormon estrogen yang tinggi, ada beberapa faktor risiko yang diduga sebagai pemicu endometriosis, yaitu faktor keturunan, sistem kekebalan tubuh, faktor adaptasi sel sesuai lingkungan organnya, dan faktor paparan lingkungan.