Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka mendorong peningkatan produktivitas masyarakat Indonesia dari kalangan dhuafa, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menggelar operasi katarak gratis secara massal di Provinsi Maluku Utara (Malut).
“Dengan kegiatan ini, diharapkan bisa membantu masyarakat tak mampu, sehingga mereka lebih berdaya dan produktif dalam menjalankan aktivitasnya. Dengan penglihatan yang baik, produktivitas mereka diharapkan bisa semakin meningkat,” ujar Direktur Pendistribusian BAZNAS, Mohd. Nasir Tajang dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (5/3/2018).
Operasi katarak massal yang berlangsung selama sepekan, 7-11 Maret 2018, diresmikan Gubernur Malut, Bapak Abdul Ghani Kasuba di Kota Ternate, Provinsi Malut, Rabu (7/3/2018).
Nasir menyebutkan, Kegiatan ini dilaksanakan sebagai lanjutan kerja sama BAZNAS dengan Asia Muslim Charity Foundation (AMCF) yang telah dilaksanakan di Provinsi Papua Barat.
"Bakti sosial operasi katarak ini, secara besar-besaran digelar di Provinsi Malut, karena menurut data kami, penderita katarak marak di wilayah tersebut,” ucap Nasir.
Menurut dia, BAZNAS menyiapkan anggaran Rp 738.350.000 untuk kegiatan akbar tersebut. “Ini bertujuan untuk menurunkan angka kebutaan yang diakibatkan oleh penyakit katarak, meningkatkan harapan dan produktivitas masyarakat,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Rumah Sehat BAZNAS Indonesia (RSBI), dr. Meizi Fachrizal Ahmad, M.Si, memaparkan, katarak antara lain disebabkan oleh faktor genetik atau diabetes mellitus.
"Karena itu, Rumah Sehat BAZNAS Indonesia tidak hanya menggelar operasi mata katarak gratis massal, tapi juga memberikan penyuluhan tentang penyebab dan pencegahan penyakit katarak," ujar dia.
Menurut Badan Kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau World Health Organization (WHO), tutur dia, pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama dan terbesar di dunia, yakni 48 persen dari total kasus kebutaan global.
“Jumlah penderita katarak di Indonesia mencapai sebesar 1,5 persen per dua juta penduduk. Kondisi tersebut menjadikan 240.000 orang di negeri ini terancam mengalami kebutaan akibat katarak,” kata dr. Fachri mengingatkan.
Dia menjelaskan, tim AMCF sudah melakukan survei terkait biaya operasi katarak di Malut, yakni Rp 5 juta per pasien.
“Untuk kegiatan seperti ini, melalui Rumah Sehat BAZNAS (RSB) Jakarta, kami sudah sering melakukan bakti sosial operasi katarak. Sehingga dalam rangka mengupayakan efisiensi, kami meminta pihak RSB Jakarta berkomunikasi dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) pusat,” ucap dia.
Dan hasilnya, terang dr. Fachri, biaya operasi katarak dari Perdami pusat lebih murah, yaitu sekitar Rp 2 juta-2,5 juta. Sementara jika datang secara mandiri ke rumah sakit biasa, lebih kurang Rp 10 juta.