"Karena itu, Rumah Sehat BAZNAS Indonesia tidak hanya menggelar operasi mata katarak gratis massal, tapi juga memberikan penyuluhan tentang penyebab dan pencegahan penyakit katarak," ujar dia.
Menurut Badan Kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau World Health Organization (WHO), tutur dia, pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama dan terbesar di dunia, yakni 48 persen dari total kasus kebutaan global.
“Jumlah penderita katarak di Indonesia mencapai sebesar 1,5 persen per dua juta penduduk. Kondisi tersebut menjadikan 240.000 orang di negeri ini terancam mengalami kebutaan akibat katarak,” kata dr. Fachri mengingatkan.
Dia menjelaskan, tim AMCF sudah melakukan survei terkait biaya operasi katarak di Malut, yakni Rp 5 juta per pasien.
“Untuk kegiatan seperti ini, melalui Rumah Sehat BAZNAS (RSB) Jakarta, kami sudah sering melakukan bakti sosial operasi katarak. Sehingga dalam rangka mengupayakan efisiensi, kami meminta pihak RSB Jakarta berkomunikasi dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) pusat,” ucap dia.
Dan hasilnya, terang dr. Fachri, biaya operasi katarak dari Perdami pusat lebih murah, yaitu sekitar Rp 2 juta-2,5 juta. Sementara jika datang secara mandiri ke rumah sakit biasa, lebih kurang Rp 10 juta.
“Itu sudah termasuk semua biaya kegiatan operasi katarak. Karena itu, RSB Jakarta pun memutuskan langsung menggandeng Perdami pusat untuk ikut dalam kegiatan pelayanan kesehatan massal ini. Operasi dilakukan selama sepekan mulai tanggal 7 sampai 11 Maret 2018,” kata dia.
Fachri menuturkan, BAZNAS melalui RSBI juga telah berkoordinasi dengan BAZNAS Provinsi Maluku Utara, BAZNAS Kota Ternate, Rumah Zakat dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Ternate, yang menyepakati Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Ternate sebagai tempat operasi katarak massal. (*)