News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hati-hati, Faktor Genetik dan Angkat Beban Berat Bisa Sebabkan Munculnya Scoliosis

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Cynthia Maharani (pertama dari kanan), penderita scoliosis hadir dalam Seminar media bertajuk Terapi Non-Operasi: Harapan Baru Bagi Pasien Scoliosis-Memilih Brace yang Tepat dan Efektif, yang digelar di restoran kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018).

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya penyakit kelainan tulang belakang (scoliosis) bisa disebabkan sejumlah faktor, termasuk diantaranya faktor genetik dan kebiasaan mengangkat beban berat.

Dalam seminar yang digelar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018), Konsultan Ahli dari Klinik Scoliosis Care Dr. dr. Ninis Sri Prasetyowati, Sp. KFR, menyebutkan beberapa faktor yang menjadi pemicu munculnya penyakit tersebut.

Mulai dari faktor genetik hingga kebiasaan buruk membawa barang berat yang bertumpu dan memberikan beban tidak seharusnya pada tulang belakang.

"Scoliosis dapat terjadi karena faktor genetik, kelainan kongenital atau bawaan dari lahir, kelainan pembentukan tulang atau kelainan neurologis, dan habitual atau kebiasaan dalam membawa barang berat," ujar Ninis.

Ia menyarankan agar pemeriksaan dilakukan sejak usia dini untuk mencegah munculnya penyakit yang banyak menyerang kaum wanita itu.

"Deteksi scoliosis secara akurat dan dini penting untuk dilakukan," jelas Ninis.

Pendekteksian terhadap gejala itu dilakukan terhadap sejumlah organ tubuh, yakni tulang bahu, pinggan dan pinggul.

Hal itu dilakukan untuk mengetahui apakah ada tonjolan pada bagian-bagian itu.

"Dengan cara mengecek dari belakang apakah ada tonjolan pada tulang bahu, pinggang dan pinggul yang memiliki kurva tidak seharusnya," kata Ninis.

Perlu diketahui, scoliosis merupakan kelainan pada rangka tubuh berupa lengkungan tulang belakang.

Penyakit tersebut bisa dialami orang dewasa, bahkan anak-anak.

Untuk kasus pada anak-anak, scoliosis dapat berubah menjadi kondisi yang serius seiring pertumbuhannya.

Kelainan tulang belakang ini juga bisa terjadi pada orang dewasa yang tidak memiliki sejarah scoliosis, hal itu karena degenerasi pada tulang belakang serta bertambah tuanya usia.

Jika scoliosis terdeteksi lebih awal, maka pasien dapat menghindari gejala-gejala yang lebih parah.

Namun bila dibiarkan tanpa mendapatkan penanganan atau perawatan sebelumnya, maka perlu ada tindakan dalam kasus scoliosis ini.

Saat ini, penyakit itu bisa ditangani menggunakan terapi non-operasi, satu diantaranya melalui penggunaan alat penunjang tubuh (brace).

Penggunaan brace merupakan salah satu terapi non-operasi selain observasi, latihan fisik, terapi alternatif dan komplementer.

Alat tersebut diyakini bisa memperbaiki struktur tulang belakang pasien scoliosis, tanpa melakukan operasi.

Namun hal itu tergantung pada usia dan seberapa parah bentuk kurva penderita tersebut.

Pemakaian brace juga pada umumnya membutuhkan waktu sekira 2 tahun untuk bisa mengembalikan posisi tulang pada posisi normal.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini