News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

IAC Imbau Proses Tender Obat HIV/AIDS Lebih Transparan

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivis peduli AIDS memperlihatkan pin kepedulian saat berunjuk rasa di sekitar bundaran HI, Jakarta Pusat,

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia AIDS Coalition (IAC), sebuah LSM yang bekerja untuk isu advokasi program penanggulangan HIV dan AIDS, menghimbau kepada Kementerian Kesehatan agar lebih transparan dalam membuat tender pengadaan obat ARV sehingga harga yang didapatkan bisa lebih terjangkau.

Hal ini khususnya dalam proses tender pengadaan obat ARV jenis Tenofovir, Lamivudine dan Efavirenz (TLE) bagi penyakit HIV dan AIDS yang rencananya akan dilakukan oleh Kemenkes dalam waktu dekat ini.

Saat ini, ada dua perusahaan farmasi yang mengantongi ijin edar obat ARV sediaan tiga kombinasi tetap Tenofovir, Lamivudine dan Efavirenz (TLE) ini yaitu PT Kimia Farma dan PT Indoforma.

Produk dari PT Indofarma sendiri tercatat baru saja mendapatkan ijin edar dari BPOM pada tanggal 16 Juli 2018 dengan nama dagang Telura dengan pemilik produknya adalah PT Mylan India.

Produk ini akan melengkapi produk ARV jenis TLE yang sebelumnya ijin edarnya hanya dimiliki oleh PT Kimia Farma. Kedua produk yang beredar ini, sama-sama produksi dari perusahaan farmasi di India.

Direktur EksekutifIAC himbau proses tender obat HIV/AIDS lebih transparan.

"Selama ini, harga obat ARV jenis TLE yang dibeli pemerintah Indonesia sangat mahal. Ini adalah harga beli obat ARV yang tertinggi di dunia," katanya.

 Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh LSM IAC, harga beli pemerintah untuk obat ARV jenis TLE ini tercatat di tahun 2016 mencapai harga 385 ribu per botol.

Sementara, berdasarkan dokumen resmi dari agen pengadaan internasional, harga obat ini di pasaran Internasional sendiri hanya berkisar sekitar US$ 8 – 9 per botol (+- RP 115.000 / botol).

Artinya ada selisih sekitar Rp 270.000 per botol keuntungan yang masuk ke perusahaan BUMN farmasi selama ini.

Di tahun 2016, pengadaan yang dilakukan oleh Kemenkes mencapai lebih dari 1 juta botol sehingga total pengehematan yang semestinya bisa didapat oleh pemerintah Indonesia mencapai Rp 270 miliar rupiah per tahun.

Berdasarkan perhitungan dari LSM IAC, mengacu pada informasi yang didapatkan dari perusahaan farmasi India, harga jual obat ARV jenis TLE ini kepada perusahaan farmasi Indonesia adalah sekitar Rp 115.000 rupiah (franco Jakarta).

LSM IAC sendiri merasa bahwa nilai keekonomian yang layak dari penjualan obat ini ada di harga sekitar Rp 160.000 / botol.

Obat ini kemudian dijual dengan harga Rp  385 ribu rupiah perbotol oleh perusahaan farmasi Indonesia kepada pemerintah.

“Kemenkes, tidak serius dalam melakukan negosiasi harga ini sehingga dibayarkan sangat tinggi. Selisih harga ini seharusnya bisa digunkan untuk mengobati pasien 60.000 lebih banyak daripada yang seharusnya," katanya.

Juga potensi ratusan milyard uang negara yang bisa dihemat jika pemerintah lebih efisien dalam melakukan pengadaan.

Dia pun menambahkan bahwa semestinya Kimia Farma dan Indofarma sebagai sebuah BUMN, juga mengemban misi sosial mendukung program pemerintah bukan hanya sebatas memikirkan mencari keuntungan bagi perusahaannya sendiri.

Persoalan HIV dan AIDS sendiri masih menjadi isu kesehatan public yang sangat serius di Indonesia.

Bila dibanyak negara lain, kasus HIV mulai menunjukkan angka penurunan penularan, namun Indonesia masih mencatat kenaikan.

Penurunan angka penularan HIV ini dikarenakan negara lain mampu menyediakan akses pengobatan ARV kepada mayoritas ODHA sehingga mereka kemudian bisa hidup lebih sehat dan tidak menularkan HIV kepada orang lain.

Sementara, dengan tingginya harga obat ARV yang dibeli pemerintah Indonesia, sampai saat ini tercatat bahwa kita baru mampu memberikan pengobatan kepada kurang lebih 100 ribu ODHA dari estimasi 650 ribu ODHA yang ada di Indonesia.

"Dari 100 an ribu ODHA yang mengkonsumsi obat ARV tadi, ada sekitar 48 ribu ODHA yang mengkonsumsi ARV jenis TLE ini," katanya.

LSM IAC sangat berharap kali ini pemerintah bersikap serius dalam menangani proses pengadaan obat ARV jenis TLE in karena selain ini akan sangat menghemat uang negara, selain itu penghematan ini juga akan bisa menambah jumlah cakupan pemberian obat ARV dan juga bisa digunakan guna mendanai program penanggulangan AIDS lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini