TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - Setidaknya ada 128 warga Kabupaten Lombok Barat positif malaria hingga Minggu 13 September 2018 lalu.
Akibat kejadian tersebut pemerintah daerah setempat sempat menetapkan KLB malaria.
Kebanyakan warga tersebut bermukim di dua desa yakni Penimbung dan Meninting.
Baca: Fotonya Tangisi Jasad Ayah yang Tewas saat Bekerja Viral, Bocah Ini Dapat Rp614 Juta dari Netizen
Kasubdit Malaria Direktorat Pencegahan Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, Nancy Dian Anggraeni mengatakan 110 warga yang positif sebelumnya didapat dari survei pemeriksaan darah Mass Blood Survei (MBS) dari keseluruhan warga yang di survei yaitu 3.779 orang.
"Sementara 18 orang warga (positif) datang sendiri ke fasilitas kesehatan. Semua yang positif sudah diobati untuk memutuskan rantai penularan," ujar Nancy di Kantor PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Selasa (18/9/2018).
Baca: Bulog Minta Perpanjangan Izin Impor Beras ke Kemendag
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan, Sigit Priohutomo mengatakan ada 10 kabupaten atau kota yang dijadikan survei MBS, 3 diantaranya bebas malaria yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Tengah dan Kota Bima.
"Endemis rendah kabupaten Lombok barat, kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima, Kota Sumbawa. Endimis rendah itu artinya sewaktu-waktu muncul," terang Sigit.
"Kabupaten Sumbawa Barat termasuk endemis sedang," sebut Sigit lagi.
Lebih lanjut, Sigit mengatakan penyebab meningkatnya warga yang terjangkit Malaria adalah pertama, daerah Lombok dan sekitarnya sudah menjadi daerah endemis malaria.
Kemudian, adanya perubahan perilaku setelah terjadinya gempa. Banyak pengungsi kekeringan, kurang air, mencari sumber air yang tidak biasanya, yang banyak nyamuk.
"Pemerintah melakukan upaya dengan menyebarkan kelambu anti nyamuk sebanyak lebih dari 5000," terang Sigit.(*)