News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Jangan Sepelekan Diare, Rentan Serang Balita, Yuk Simak Penjelasan Dokter Anak

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Diare pada anak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diare bisa menyerang siapa saja, baik tua maupun muda. Akan tetapi, anak-anak, khususnya balita, cenderung lebih rentan terkena penyakit saluran pencernaan ini.

Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Dr dr Ariani Dewi Widodo SpA(K), mengatakan, diare bahkan menjadi penyebab nomor dua kematian balita, setelah pneumonia.

Mengapa balita lebih rentan terkena diare?

Ariani menjelaskan, pada dasarnya, semakin kecil anak maka dia akan lebih rentan terkena penyakit.

Bukan hanya diare, tapi penyakit lain juga. Karena itu orangtua harus memerhatikan betul anak-anak yang masih kecil.

Terkait diare, Ariani menerangkan, pada usia muda saluran cerna anak belum matang. Jadi pada saat masih bayi, sel saluran cerna masih jarang-jarang.

"Sehingga, apabila ada patogen atau kuman jahat yang masuk, maka dengan mudah dia bisa masuk melalui sela-sela sel usus dan langsung masuk ke dalam peredaran darah," ujar Ariani beberapa waktu lalu.

Faktor lainnya, papar Ariani, sistem imun pada bayi juga belum matang. Karena itu, apabila ada patogen atau bakteri jahat yang datang, maka belum maksimal penolakannya. Sehingga mereka lebih rentan terjangkit penyakit.

"Khusus untuk diare, memang usia di bawah lima tahun atau balita lebih rentan dibandingkan dengan anak di atas lima tahun. Dari balita itu, anak-anak di bawah dua tahun, risikonya lebih besar lagi," katanya.

Saat anak terkena diare, jangan pernah anggap sepele. Bila intensitas diare lebih dari lima kali dalam sehari, orangtua wajib waspada.

Penanganan yang salah bisa berujung pada kematian. Perhatikan betul apakah hidrasi atau kadar air dalam tubuh anak masih memadai.

"Pada saat diare, maka risiko nomor satu kematian adalah dehidrasi. Kalau ibaratnya keluar satu ember, digantikan satu ember dengan oralit, sebetulnya risiko untuk kematian kecil. Jadi equal, air diganti dengan elektrolit," jelas Ariani.

"Tapi, seringkali kalau anak diare itu, pertama, dia malas minum. Karena badannya enggak enak, mual. Kedua, dia mungkin muntah-muntah. Sehingga, meskipun dia haus, tapi dia tidak bisa minum. Begitu minum banyak, pasti dimuntahkan kembali," tambahnya.

Dijelaskannya, hal-hal seperti itulah yang harus diwaspadai orangtua. Apabila ada risiko cairan tidak bisa digantikan, maka anak harus dibawa ke dokter atau ke UGD, atau ke puskesmas terdekat.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah apabila saat diare BAB-nya berdarah. Tak ada cara lain, anak harus segera dibawa ke rumah sakit.

(Wartakotalive.com/Gopis Simatupang)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini