News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Balita Obesitas Hanom Gemuk Walau Makan Sedikit, Apa yang Terjadi Pada Tubuhnya? Ini Kata Dokter

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kondisi Hanom saat dirawat di RSUD Ulin Banjarmasin

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Muhammad Hero Hanom, seorang balita asal Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan masih terbaring lemah di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin, Jumat (12/10/2018) pagi.

Balita berusia empat tahun tujuh bulan tersebut mengidap penyakit obesitas, preumenia, susp' kpo, dan chusying sindrom.

Obesitas yang dialami Hanom menyebabkan komplikasi infeksi paru-paru, jantung, diabetes, dan diare.

Muhammad Hero Hanom bocah obesitas di Kalimantan Selatan (banjarmasinpost.co.id/airul syahrif)

Satu di antara tim dokter yang menangani Hanom, dr Indra Wijaya Himawan, mengatakan bahwa Hanom masih ada kemungkinan besar untuk sembuh.

Saat ini tim dokter sedang berupaya untuk mencari penyebab dan menyembuhkan penyakit Hanom.

Dokter Indra Wijaya Himawan Spa (banjarmasinpost.co.id/airul syahrif)

"Kalau kemungkinan sembuh itu pasti ada. Kami saat ini masih mencari penyebabnya. Yang jelas kemungkinan itu ada kelainan metabolik, bukan kelainan karena makanan atau lainnya. Karena dia makan sedikitpun tetap tambah gemuk," tuturnya saat dihubungi banjarmasinpost.co.id, Jumat (12/10/2018) pukul 09.45 Wita.

Menurutnya gemuk atau obesitas termasuk penyakit yang penyebabnya banyak.

Di antaranya kelainan gizi, metabolik, kelainan hormon, keganasan, dan lainnya yang dapat menyebabkan gemuk.

"Itu memang ada komplikasinya. Kalau dari saya, anak itu memang ada diabetesnya. Sekarang sudah diobati dan stabil, tapi masih gemuk. Dan ini masih kami cari penyebabnya," tuturnya.

Menurutnya penyakit obesitas memang banyak mengakibatkan komplikasi.

"Komplikasi orang obesitas memang begitu. Bisa sesak nafas, kencing manis, gangguan ginjal, dan itu bisa terjadi dan menyerang kepada anak. Penyebannya bisa kelainan hormon, syndrom, dan lainnya. Dan ini pelan-pelan kami cari penyebabnya," tutur dr Indra Wijaya Himawan, yang juga sebagai Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalsel.

(Banjarmasinpost.co.id/airul syahrif)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini