TRIBUNNEWS.COM - Sensitivitas pada makanan bisa dialami oleh sang buah hati. Termasuk setelah meminum susu ataupun saat mengonsumsi produk olahan yang mengandung susu.
Pertama, beberapa anak bisa menjadi sensitif atau tidak tahan terhadap protein sapi sehingga terjadi reaksi alergi. Diantaranya berupa gejala saluran cerna seperti mencret, BAB Berdarah, muntah, kelainan kulit seperti kemerahan, gatal dan saluran nafas.
Reaksi alergi ini bahkan bisa terjadi 30 menit sampai 20 jam setelah Si Kecil mengonsumsi susu.
Sedangkan reaksi lainnya berupa intoleransi laktosa, yaitu ketidakmampuan anak untuk mencerna laktosa. Laktosa sendiri adalah jenis gula yang terdapat dalam produk susu.
Biasanya gejala yang muncul akibat intoleransi laktosa terjadi dalam rentang waktu 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi susu. Berikut gejala-gejala yang terjadi:
- Sakit perut, kram
- Kembung, mengeluarkan gas
- Mual, kadang muntah
- Diare, suara menggemuruh di perut
- Merasa sakit sehingga rewel
- Kesulitan tidur dan kadang terbangun
Seberapa umumkah intoleransi laktosa?
Intoleransi laktosa yang sekunder biasa terjadi. Siapapun dapat mengalaminya, namun akan lebih berisiko pada Si Kecil yang kondisi dan daya tahan tubuhnya menurun.
Beberapa orangtua beranggapan, jika Si Kecil mengalami intoleransi laktosa berarti sama dengan keracunan susu. Padahal istilah ini sebenarnya tidak ada karena semua susu diproduksi melalui proses yang terjamin kebersihannya serta kandungan yang sesuai dengan standar BPOM.
Kemungkinan yang paling besar terjadi adalah tidak cocoknya Si Kecil dengan satu komposisi susu. Misalnya protein susu, gula pada susu atau salah satu nutrisi dalam kandungan susu yang membuat Si Kecil bereaksi.
Terkadang terjadi pula pencemaran pada susu yang terjadi saat pengiriman, penyimpanan, atau penyajian. Perhatikan terlebih dahulu, apakah terjadi kebocoran pada kemasan susu sehingga menyebabkan masuknya benda asing seperti bakteri, jamur, atau partikel asing.
Anda bisa mengenalinya dengan melihat secara fisik perubahan warna, rasa, dan bau susu kemasan botol. Sistem pertahanan tubuh akan segera merespon jika susu si kecil tercemar.
Tindakan pemeriksaan ke dokter
Jika Si Kecil menunjukkan reaksi alergi, bawa Si Kecil langsung berobat ke dokter untuk mendapat pengobatan. Biasanya susu anak akan diganti dengan susu yang memiliki kandungan non-protein susu sapi.
Sebaliknya apabila Si Kecil hanya mengalami intoleransi laktosa, gejala akan berhenti dengan sendirinya jika ia berhenti minum susu yang ada laktosanya, lalu gantilah susu yang tidak mengandung laktosa.
Kalau kondisi Si Kecil memburuk, maka konsultasikanlah dengan dokter anak.
Perlu diketahui, saat ini teknologi susu cair sudah sangat maju sehingga beberapa produk, seperti Morinaga Chil*Go!, dibuat dalam proses produksi yang steril dan bebas dari cemaran benda asing.