News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Semangat Bima, Bocah Enam Tahun yang Kini Berjuang Melawan Leukimia

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dikara Java Abimanyu, bocah enam tahun berjuang melawan kanker darah (leukimia)

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – “Di usia Bima yang sekarang, enam tahun lima bulan, dia ada keinginan seperti punya teman-teman sekolah, jadi pas lihat adik ipar saya pulang sekolah Bima bilang ‘Dia kok sekolah, saya kok enggak?,”

Begitulah cerita Wahyu Prasetyo, 27 tahun, saat mengungkapkan keinginan sang putra Dikara Java Abimanyu atau Bima yang belum bisa merasakan bangku sekolah karena harus berjuang melawan kanker darah atau leukimia di tubuhnya.

Bima kini harus menjalani perawatan di RS Dharmais Jakarta.

Ketika Bima mengungkapkan keingian tersebut, Wahyu dan istrinya Rifika Ayu pun langsung memberikan semangat kepada sang putra agar semangat menjalankan pengobatan agar sembuh dan bisa segera sekolah.

“Sempat sih ada mentalnya nge-down, tapi kita support, ‘Nanti Bim kalau Bima udah sembuh, kita sekolah’. Tapi alhamudlilah kita cari hal lain yang bisa menutupi itu, kita support,” kata Wahyu kepada Tribunnews.com, saat ditemui di warung tenda sebelah RS Dharmais, Sabtu (16/2/2019) lalu.

Super Bima (6 th). Bocah yang 2,5 tahun melawan Leukimia, kini memerlukan bantuan untuk melawan kanker darah yang kembali menyerangnya. (kitabisa.com)

Baca: Hari Kanker Anak Sedunia, Yuk Bantu Super Bima Melawan Leukimia, Donasi untuk Anak Penyintas Kanker

Saat ini Bima tengah menjalankan pengobatan seperti kemoterapi hingga radiasi di otak.

Sel kanker sudah menyebar hingga ke otaknya dan ini merupakan pengobatan ulang untuk Bima setelah sempat dinyatakan sembuh pada Maret 2018 lalu.

“Dua bulan setelah kemoterapi Bima mengalami kekambuhan, setelah dicek merinci melaui test bone marrow puncture atau sum-sum tulang serta MRI, didaptkan hasil ada kekambuhan dan juga terjadi penyebaran di cairan otak, jadi Bima harus pengobatan ulang,” ungkap Wahyu.

Dikara Java Abimanyu, bocah enam tahun berjuang melawan kanker darah (leukimia)

Bima dinyatakan terkena leukimia limfoblastik akut L1 pada umur dua tahun sepuluh bulan, tepatnya satu tahun setelah Wahyu dan istri pindah ke Jakarta dari Blitar, Jawa Timur karena Wahyu mendapatkan pekerjaan di Jakarta Selatan.

Kemudian bocah yang mengidolakan pembalap Marc Marquez itu mulai melakukan pengobatan pada September 2015 dengan ketentuan kemoterapi selama 110 minggu dan pada realisasinya ada penambahan kemoterapi dan selesai pada Maret 2018.

Selama berjuang melawan leukimia, Bima juga harus melawan penyakit lainnya seperti infeksi paru-paru dan infeksi radang selaput otak atau meningitis karena daya tahan tubuh Bima sempat menurun akibat treatment yang ia jalankan.

“Bima sempat terserang berbagai penyakit karena kemoterapi itu selain dia membunuh sel kankernya, dia itu berefek membunuh sel-sel baik juga, jadi leukosit sebagai system pertahanan tubuh juga ikut terkikis dengan daya tahan tubuh yang menurun. Namun Alhamdulillah Bima menyelesaikan pengobatannya dan bisa survive selesai pengobatan meret 2018 diwajibkan kontrool satu bulan sekali,” papar Wahyu.

Pada kekambuhan kali ini, selain kemoterapi yang dijalankan saat ini dokter merekomendasikan treatment sinar tulang namun ini dapat menyebabkan kerusakan otak.

Ada cara lainnya yaitu dengan terapi carticel yang paling dekat bisa dilakukan di Malaysia dan membutuhkan dana hingga 1 miliar rupiah.

“Katanya ada tapi biayanya sangat mahal dan belum ada dilakukan di Indonesia," terang Wahyu.

Menurut Wahyu, negara terdekat yang bisa menangani kondisi Bima di Malaysia.

Di negeri Jiran ini, kalkulasi biaya terminim Rp1,5 Miliar.

"Namanya kartisel terapi dan butuhh biaya besar sekitar 65.000 USD sampe 100.000 USD, sekitar Rp 975 juta hingga Rp 1,5 M, seperti itu,” kata Wahyu.

Wahyu Prasetyo, ayah dari Bima, bocah enam tahun yang menderita kanker.

Sementara itu untuk biaya pengobatan dan kebutuhan selama pengobatan selain menggunakan BPJS Kesehatan, Wahyu dan keluarga dibantu oleh keluarga, saudara, teman hingga menjual tanah dan motor milik pribadi di kampung halaman.

Wahyu juga memutuskan keluar dari pekerjaanya, walaupun ia mengakui itu bukan keputusan yang tepat namun dengan keluar dari pekerja Wahyu dan istri dapat lebih fokus mendampingi bima dalam proses penyembuhan.

“Dulu saya masih bekerja namun dengan berbagai pertimbangann kami, masalah keseharian untuk kemoterapi, saya putuskan untuk keluar pekerjaan, memang keputusan ini kurang tepat ya tapi kondisi mengharuskan saya pada Bima,” kata Wahyu dengan tegar.

Pendampingan terus menerus, membangkitkan semangat si anak, dan ketegaran dari orangtua diyakini Wahyu menjadi salah satu obat bagi si anak karena menurutnya penderita kanker tidak bisa berjuang sendiri perlu ada pendukung yang selalu ada disampingnya.

“Meskipun pengobatan sangat panjang inilah usaha kami sebagai orangtua untuk mendampingi dan mensupport mental dia agar dia tetap semangat dan dia tidak merasa sakit, dia tidak merasa sendiri, dan merasa selalu di support, dan itulah pesan saya mari kita support pasien dengan cancer, karena pasien dengan cancer ini tidak bisa berjuang sendiri,” kata Wahyu.

Untuk membangkitkan semangat Bima, Wahyu dan istri juga memberikan pemahaman kepada Bima kalau segala tindakaan yang dilakukan di rumah sakit itu menyenangkan Karena bisa bertemu dengan banyak teman.

“Bima secara psikis mungkin karena sakitnya dari kecill dia itu kami supply mindsitenya ke arah posistif ke arah ayuk main, jadi di RS saya kenalin ke teman-temanya, ke susternya, ke dokternya jadi mindsite dia ke rumah sakit itu menyenanghkan,”tutur Wahyu.

Diceritakan Wahyu Bima memiliki semangat yang sangat tinggi, terlebih ia bisa mendapatkan hadiah setelah selesai kemo.

Biasanya Wahyu dan istri akan mewujudkan keinginan Bima makan-makanan tertentu,

“Dia semangat mbak, apalagi tahu nanti kan kita kasih hadiah seperti dia request mau makan di sini, kita wujudkan,” papar Wahyu.

Wahyu pun berharap sang putra dapat menjalankan terapi carticel di Malaysia walaupun membutuhan biaya yang besar dan kita dapat meringankan beban Wahyu dan keluarga dengan mengunjungi Kitabisa.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini