Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Dr. drg. RM Sri Hananto Seno, SpBM (K)., MM mengatakan Indonesia masih kekurangan dokter gigi, baik di wilayah kota besar atau pun pelosok.
Seno menuturkan masalah kekurangan dokter gigi ini perlu disikapi serius selain masalah kesehatan gigi masyarakat Indonesia yang menurun atau bila ditata-rata 7 sampai 8 gigi setiap orang rusak.
"Ada kurang lebih 10 ribu Puskesmas, tapi baru 60 persen yang ada dokter giginya, itu pun di kota besar, kalau di daerah 40 persen enggak sampai dokter giginya. Nah ini masalah besar dan sudah disampaikan ke pak Presiden juga," kata Seno di Jakarta Timur, Senin (18/3/2019).
Seno menyebut kekurangan dokter di wilayah pelosok karena tak banyak dokter gigi yang bersedia ditempatkan di wilayah pelosok, terlebih dalam waktu lama.
Selain itu, mayoritas dokter gigi di Indonesia lebih banyak berasal dari keluarga mampu dan tinggal di wilayah Kota besar sehingga cenderung ogah ditempatkan di pelosok.
"Dokter-dokter kita kebanyakan waktu pendidikan memang anak pejabat, kebanyakan ya. Yang kedua orang-orang yang punya uang banyak, karena mereka kalau mau masuk kedokteran harus sekolah dulu," ujarnya.
Menurutnya, satu cara menarik minat dokter gigi muda dengan memberi remunerasi atau kompensasi yang diterima oleh pegawai sebagai imbalan dari jasa yang telah dikerjakannya.
Idealnya, Seno mengatakan remunerasi yang diterima dokter sama dengan yang diberikan pegawai Kementerian Keuangan sehingga menarik minat dokter gigi muda.
"Harus ada suatu reward kepada teman-teman yang mau mengabdi di daerah, tapi sampai sekarang belum ada. Harus ada remunerasi yang sama dengan Kementerian Keuangan," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul 40 Persen Puskesmas di Indonesia Belum Miliki Dokter Gigi: Banyak Tidak Mau Ditempatkan di Daerah,