Kemudian, terjadi dinamika seiring munculnya namanya SMK kesehatan, yang embrionya dimulai pada 2010.
Munculnya SMK Kesehatan, kata Try Wibowo, membuat LPK Surya Farma Husada mati.
"Tadinya orang mengambil kursus informal di tempat kami, akhirnya mereka sekolah formal, dengan jurusan yang sama, yaitu asisten perawat," ucapnya.
Dari situ, Try Wibowo banting setir bikin Insan Medika.
Bila tadinya melatih calon tenaga kerja, Try Wibowo dengan Insan Medika-nya mulai bekerja sama dengan SMK kesehatan.
"Jadi, kami tinggal menyalurkan tenaga yang sudah ada. Kalau yayasan bentuk tradisionalnya, kalau kami bentuk yang lebih moderennya," begitu Try Wibowo menjelaskan beda perusahaannya dari yayasan penyalur tenaga kerja rumah tangga.
Ditambah lagi, Insan Medika menggabungkan bisnis layanan kesehatannya dengan sistem digital.
"Jadi kami termasuk pionir home care berbasis digital. Home care digital yang sekarang ada baru muncul sekitar 2015 ke atas, sedangkan kami sudah ada sejak 2013," paparnya.
Pada 2015, Try Wibowo memindahkan bisnisnya dari Jember ke Yogyakarta. Di sana, ia membuat layanan on demand berbasis aplikasi.
Namun, karena permintaannya tak terlalu besar, sedangkan biaya untuk membuat aplikasi dan bayar tenaga IT besar, akhirnya Try Wibowo menghentikan aplikasi tersebut pada 2017.
"Karena tidak terlalu profitable, dan itu juga enggak menjangkau visi kami," ucapnya.
Visi Insan Medika, katanya, adalah membantu orang yang belum bekerja, dan memberikan mereka penghasilan bulanan yang pasti.
"Karena itu yang dibutuhkan orang-orang, dan visi kami adalah membantu orang-orang di daerah yang belum bekerja," jelasnya.
"Akhirnya muncul apps-apps yang meniru kami. Justru saat banyak yang meniru, kami malah setop," sambung Try Wibowo.
Ke depan, Insan Medika tidak menutup kemungkinan akan bekerja sama dengan rumah sakit di luar negeri seperti di Jepang.
Karena, kata Try Wibowo, di Jepang banyak rumah sakit yang membutuhkan caregiver, karena di sana kurang tenaga kerja, jadi mereka butuh tenaga kerja dari Indonesia. (*)