News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Belum Ada Obat Khusus Atasi Demensia, Bagaimana Mengantisipasinya?

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UNIKA Atma Jaya, Dr. dr. Yuda Turana, SpS saat ditemui di RS Atma Jaya Paviliun Bonaventura, Pluit, Jakarta Utara, Selasa (9/7/2019).

Laporan Wartawan Tribubnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Penurunan fungsi otak pasti terjadi seiring dengan pertambahan usia, misalnya pikun.

Sampai saat ini belum ada obat khusus yang dapat mengatasi demensia. Namun, bisa dideteksi secara dini untuk menjaga kesehatan otak di masa tua.

Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UNIKA Atma Jaya, Dr. dr. Yuda Turana, SpS menyebutkan untuk memastikan kondisi kesehatan otak perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh atau medical checkup (MCU).

Baca: Susah Tidur Meski Lelah dan Mengantuk? Ini Trik Mengatasinya

Baca: Serangan Stroke Ternyata Dapat Diprediksi

MCU ini berfungsi untuk mengetahui kondisi tubuh, karena penyakit yang bersarang ditubuh juga meningkatkan risiko demensia sehingga penyakit tersebut bisa diobati untuk menghindari demensia.

“Otak pun harus dicheck-up. Saat berhadapan penyakit lakukan deteksi dini itu untuk intervensi penyakit. Jika setelah medical checkup ditemukan, jadi lebih baik saat fungsi otak masih baik,” ungkap dr. Yuda saat ditemui di RS Atma Jaya Paviliun Bonaventura, Pluit, Jakarta Utara, Selasa (9/7/2019).

Baca: Sakit Hati Punya Efek Jangka Panjang Terhadap Kesehatan Jantung

 

Medical check-up ini disarankan dilakukan pada usia 40 tahun sebagai umur yang pas untuk melakukan kesehatan otak.

Kemudian, kerusakan otak ini juga bisa dideteksi jika mengalami gangguan pada saraf penciuman misalnya tidak lagi menebak wangi-wangia yang sebenarnya familiar dengan kondisi lingkungan.

Baca: Antar Jan Ethes ke Dokter Gigi, Selvi Ananda Tampil Sederhana Pakai Daster

Fakta kalau rendahnya sensitifitas saraf penciuman berisiko terhadap demensia itu berdasarkan penelitian Echancing Diagnostic Accuracy of aMCI in the Elderly : Combination of Olfavtory Test, Pupillary Response Test, BDNF Plasna Level and APOEV Genotype, 2014 yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Atma Jaya.

“Sebelum adanya gangguan motorik dan lainya, bila ada gangguan penciuman dan tidak aware itu wangi apa itu prediksi adanya demensia,” pungkas dr. Yuda.

Demensia biasanya ditandai terlebih dulu dengan adanya gangguan kognitif atau keterampilan berpikir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini