TRIBUNNEWS.COM - Pernikahan sedarah kembali heboh.
Pekan ini perkawinan sedarah kakak adik terjadi di provinsi Luwu, Sulawesi Selatan.
Dalam kacamata budaya Indonesia, pernikahan antara saudara kandung semacam ini dianggap tabu dan menyimpang.
Bukan hanya itu, pernikahan antar-saudara kandung juga berpotensi menimbulkan banyak masalah genetik.
Masalah genetik ini memang tidak serta merta dirasakan oleh orang yang menikah.
Tapi, "korban" genetik dari pernikahan sedarah ini adalah anak yang dilahirkan dari hubungan tersebut.
Baca: Inilah 10 Kasus Hubungan Sedarah yang Heboh di Tahun 2019, Pelakunya dari Kakak hingga Kakek
Sebagai informasi, ketika dua organisme yang memiliki hubungan darah melakukan perkawinan, tingkat homozigositas yang terjadi lebih tinggi.
Maksudnya, keturunan yang dihasilkan memiliki peluang lebih besar untuk menerima alel (gen pada kromosom) identik dari ayah dan ibu mereka.
Hal ini membuat terjadinya pengurangan keragaman genetik.
Padahal, keragaman genetik ini membantu organisme (dalam kasus ini manusia) untuk bertahan dari perubahan lingkungan dan beradaptasi.
Akibatnya, orang mungkin menderita penurunan kebugaran biologis.
Misalnya saja, anak mengembangkan gangguan resesif autoimun.
Risiko penurunan kesehatan ini makin besar ketika dua gen yang membawa potensi bahaya bertemu.
Kita semua merupakan pembawa gen-gen yang berpotensi berbahaya.