Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Penggunaan respirator dan masker merupakan cara yang paling mudah untuk menghambat masuknya paparan bahaya polusi udara ke dalam tubuh.
Terkhusus untuk warga Jakarta yang kualitas udaranya sedang mengalami penurunan harus mulai membiasakan penggunaan respirator atau pun masker.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UI Dr Agus Dwi Susanto menyebutkan ada filtrasi atau penyaring debu, kotoran dan partikel yang sangat berguna jika menggunakan masker.
Baca: Udara Jakarta Kian Berpolusi, Ayushita Berharap Car Free Day Diperpanjang
“Kami sebagai praktisi kesehatan senantiasa mengimbau masyarakat memakai respiratior atau masker yang tepat untuk perlindungan maksimal saat di dalam atau di luar ruangan,” kata dr. Agus di acara 3M, di Jakarta Selatan, Senin (5/8/2019).
Lalu masker seperti apa yang tepat untuk digunakan saat beraktivitas?
Jika memang kondisi udara sudah sangat buruk maka penggunaan respirator lebih disarankan karena tingkat penyaringan debunya lebih tinggi.
Kalau masker bentuknya datar, respirator memiliki nose klip yang akan lebih sempurna melindungi bagian hidung dan mulut.
“Kalau buruk seperti di atas 150 ini tidak direkomendasikan yang biasa, harus dengan masker respirator atau masker yang mempunya filtrasi hingga 95 persen,” kata dr. Agus.
Masker biasa memang lebih mudah ditemui dibandigkan respirator, tapi masker yang biasa berwarna-warni dan bermotif juga mampu menangkal hingga 40 persen asap, polusi, maupun penyebaran virus penyakit.
“Kalau tidak dapat masker respirator tentu lebih baik pakai makser daripada tidak ada,” ucap dr. Agus.
Penggunaan masker dan respirator ini berlaku bagi dewasa dan anak-anak terlebih saat ini produsen masker juga sudah menyediakan edisi khusus anak-anak yang disesuaikan dengan ukuran muka anak dan desainnya juga menarik yang akan membuat anak mau menggunakannya.
Seperti diberitakan sebelumnya udara Jakarta menjadi sorotan karena dianggap sebagai kota paling berpolusi di dunia.
Situs Airvisual menyebut Jakarta menempati peringkat teratas dengan kondisi udara tidak sehat, dengan Air Quality Index (AQI) di angka 184 dari batas alias tidak sehat.