News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konsumsi Pangan Sehat dan Gaya Hidup Sehat, Alternatif Tekan Defisit BPJS Kesehatan Jangka Panjang

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pusat Teknologi Pertanian Inagro di Parung, Bogor

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Defisit dana Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan seakan tanpa jalan keluar yang tuntas. Kebijakan penaikan iuran serta pengurangan PBI (Penerimaan Bantuan Iuran), sekadar kebijakan tambal sulam.

Bahkan, hingga akhir tahun ini, defisit BPJS Kesehatan itu diperkirakan terakumulasi mencapai Rp28 triliun.  Padahal, pada tahun lalu, BPJS Kesehatan telah menggelontorkan Rp 94,3 triliun untuk melunasi klaim kepada fasilitas kesehatan.

Di sisi lain, sejauh ini upaya memangkas defisit seakan hanya mengurangi risiko jangka pendek. Sebaliknya, dengan kondisi lingkungan yang kian tercemar, serta tidak adanya perbaikan standar gizi, dalam jangka panjang masyarakat yang terkena penyakit kronis semakin bertambah.

Dari 10 jenis penyakit yang paling banyak menyedot klaim, mayoritas adalah penyakit kronis seperti jantung dan gagal ginjal dan menjadi menyumbang klaim terbesar BPJS Kesehatan.

Pakar Teknologi Pangan Universitas Sahid Prof. Giyatmi Irianto mengungkapkan langkah strategis yang wajib dilakukan pemerintah dalam menekan defisit BPJS Kesehatan dalam jangka panjang, haruslah komprehensif.

Baca: Dishub DKI Kaji Penerapan Jalur Khusus Sepeda Motor

Faktor kunci, katanya, yaitu mensosialisasikan sekaligus memassifkan pola hidup sehat, dan mengendalikan kualitas bahan pangan.

“Hal ini harus jadi pekerjaan rumah yang harus serius digarap pemerintah, terutama berkaitan dengan kabinet baru ke depan,” singgung Giyatmi.

Dia menuturkan pola hidup sehat, seperti olah raga rutin merupakan program lawas yang mulai ditinggalkan. “Dulu senam pagi, olah raga sehat, hampir semua digerakkan, ini perlu dihidupkan kembali,” tambah Giyatmi.

Terkait bahan pangan dan pola konsumsi masyarakat, Giyatmi menandaskan merupakan perkara awal bersarangnya penyakit kronis. Penyakit jantung, misal, lebih banyak dipicu konsumsi berlebih garam dan lemak tak sehat, serta gula.

Giyatmi mencontohkan tanaman buah dan sayur, selama ini sulit dihindarkan dari kandungan pestisida yang disinyalir sebagai pemicu kanker.

“Harus lebih banyak produksi bahan organik dibandingkan kimia, kalau terus tercemar zat kimia seperti pestisida, kanker akan jadi momok bagi masyarakat,” tandasnya.

Persoalannya, kemampuan produksi pangan berkualitas domestik masih terbatas. Saat ini saja, di pasaran produk buah dan sayuran organik jauh lebih mahal dibandingkan dengan produk yang terbaur bahan kimia.

Terlebih lagi, pertumbuhan populasi tak sebanding dengan pertumbuhan volume produksi bahan pangan berkualitas.

Pusat Riset Pangan

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini