TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasangan selebriti Irish Bella dan Ammar Zoni tengah berduka setelah bayi kembar yang dikandung Irish Bella dikabarkan meninggal dunia.
DZ selaku manajer Irish Bella membenarkan kabar tersebut.
"Iya betul (meninggal). Tadi pagi ke siang ya (meninggal)," kata DZ saat dihubungin awak media, termasuk Tribunnews.com, Minggu (6/10/2019).
Rupanya sudah seminggu ini Irish Bella menjalani perawatan di rumah sakit atas anjuran dari dokter.
"Masuk rumah sakitnya hampir seminggu. Cek biasa aja, mungkin dokternya melihat ada sesuatu jadi harus disuruh dirawat," katanya.
Terkait penyebab meninggalnya bayi kembar Ammar dan Bella. DZ tak berani buka suara.
"Penyebabnya saya enggak bisa ngomong. Saya takut salah. Itu ada bahasa kedokteran yang saya enggak ngerti," ucapnya.
Ammar Zoni dan Irish Bella harus menerima kenyataan pahit usai bayi kembar mereka meninggal dunia.
Kabar duka tersebut sudah beredar luas di media sosial Instagram.
Beredar juga foto dan video Ammar menggotong bayi kembarnya untuk disemayamkan.
Sebelumnya Ammar Zoni mengabarkan berita gembira sang istri telah mengandung bayi kembar.
Ia memajang foto hasil USG dua janin yang berkembang di perut Irish Bella.
Lantas apa penyebab janin dalam kandungan bisa meninggal dunia?
Janin dikatakan meninggal di dalam kandungan atau Intra Uterin Fetal Death (IUFD) jika usia kehamilan sudah lebih dari 20 minggu dan janin sudah mencapai berat 500 gram atau lebih.
Jika kematian terjadi di bawah usia tersebut atau terjadi di trimester pertama, disebut keguguran atau abortus.
Banyak faktor yang menyebabkan janin meninggal di dalam kandungan, bisa dari janinnya sendiri ataupun kondisi Mama yang tidak sehat.
Berikut tujuh penyebab janin meninggal dalam kandungan menurut Dr Bambang Fadjar, SpOG, dari RS Premier Bintaro, Tangerang:
1. Gawat janin
Lewat tali pusat, nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan janin dialirkan. Jika tali pusat terpelintir, tentu suplainya akan terganggu, bahkan terhenti.
Biasanya terjadi karena gerakan janin yang sangat berlebihan, terutama gerakan yang satu arah saja.
Bisa juga karena kondisi Mama yang menderita penyakit tertentu seperti diabetes, jantung, dan hipertensi yang menyebabkan janin mengalami kekurangan oksigen sehingga ia bergerak liar dan membuat alit pusat terpelintir.
Atau, air ketuban habis, otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan sang ibu yang mengakibatkan janin "tercekik" karena suplai oksigen terhenti.
2. Kehamilan lewat waktu
Umumnya, kehamilan ditargetkan hingga usia 42 minggu. Jika lebih dari itu, dianggap hamil lewat waktu.
Plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya berkurang, yang dikhawatirkan janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen.
Selain itu, cairan ketuban akan menjadi kental dan hijau, yang jika terisap janin dan masuk ke paru-parunya dapat menimbulkan keracunan, infeksi, hingga meninggal dunia.
3. Golongan darah janin tidak cocok dengan ibu
Inilah penyebab janin meninggal dalam kandungan yang juga bisa terjadi. Yaitu, darah Mama tidak cocok dengan janin, seperti pada golongan darah A, B, O.
Janin bisa saja memiliki golongan darah A atau B, sementara Mama bergolongan darah O.
Atau, bisa juga sebaliknya. Ketidakcocokan ini membuat nutrisi dan oksigen sulit masuk ke dalam janin, sementara darah Mama akan membuat zat antibodi yang menyebabkan pertumbuhan janin terhenti.
4. Penyakit ibu dan infeksi
Gangguan penyakit pada Mama hamil juga bisa menjadi penyebab janin meninggal dalam kandungan. Contoh: diabetes, jantung, hipertensi, gangguan kekurangan gizi, dan lainnya.
Penyakit-penyakit ini akan mengurangi asupan nutrisi ke janin sehingga janin tidak dapat tumbuh dengan baik. Selain itu, infeksi bakteri ataupun virus juga akan membuat pertumbuhan janin terganggu, bahkan meninggal.
5. Kelainan genetik dan bawaan
Kelainan genetik, misalnya, kelainan pada kromosom janin, dapat membuat pertumbuhan janin terhenti. Atau juga terjadi kelainan bawaan pada janin, semisal jantung janin tak tumbuh sempurna, mengalami kebocoran, paru-paru tak bisa mengembang, atau kelainan lainnya yang dapat mengakibatkan kematian janin.
6. Trauma saat hamil
Mama hamil yang mengalami kecelakaan sehingga terjadi benturan di perut bisa berakibat plasenta terlepas. Meski hanya terlepas sebagian, namun tetap dapat terjadi perdarahan sehingga asupan nutrisi dan oksigen ke dalam tubuh janin terhenti.
7. Rhesus darah tidak cocok
Ketidakcocokan ini, misalnya terjadi karena janin mengikuti rhesus darah Papa yang lebih dominan. Padahal, rhesus (Rh) Papa dan Mama berbeda; Mama Rh negatif dan Papa Rh positif. Ketidakcocokan ini dapat memengaruhi kondisi janin, seperti: janin mengalami hidrops fetalis, reaksi imunologis berlebihan yang dapat memunculkan pembengkakan kulit janin, cairan berlebih dalam rongga perut, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, yang membuat janin tak dapat melangsungkan hidupnya.
Ada cukup banyak penyebab kematian janin dalam kandungan, tak terkecuali yang terkait kondisi ibu. Semoga Mama bisa lebih berhati-hati dalam menjaga si janin, ya.
Kenali Tandanya
Dalam sehari, janin akan bergerak minimal 10 kali.
Jika janin diam saja, berarti Moms perlu konsultasikan hal tersebut ke dokter.
Takutnya, janin ternyata meninggal di dalam kandungan.
Janin dapat dikatakan meninggal dalam kandungan atau Intra Uterin Fetal Death (IUFD) jika usia kehamilan sudah lebih dari 20 minggu.
Selain itu jika berat janin sudah mencapai 500 gram atau lebih.
Sedangkan jika janin meninggal saat usia kandungan di bawah 20 minggu atau pada trimester pertama, disebut sebagai keguguran atau abortus.
Ummunya, ketika janin meninggal di dalam kandungan, tubuh Moms akan segera bereaksi sebagai tanda 'penolakan'.
Hal ini dapat berupa sakit perut, kontraksi, mual, atau bentuk reaksi lainnya.
Namun tidak menutup kemungkinan jika Mom bisa saja tidak merasakan apapun sehingga terlambat untuk mengetahui jika janin telah meninggal.
Jika hal ini terjadi hingga 2 minggu maka akan mengganggu pembekuan darah dalam tubuh karena zat pembekuan darah atau brinogen turun.
Bahayanya, saat proses melahirkan akan terjadi pendarahan yang cukup hebat bahkan sulit berhenti.
Meski tanda penolakan dalam tubuh terhadap kematian janin dalam kandungan tak selalu muncul, bukan berarti Mom tidak dapat mendeteksinya.
Berikut cara untuk mendeteksi tanda janin meninggal dalam kandungan menurut Dokter Spesialis Kandungan, Bambang Fadjar, seperti yang dikutip dari Tabloid Nakita.
1. Gerakan hebat
Sebelumnya Mom mungkin merasakan ada gerakan di dalam perut.
Gerakan janin dalam kandungan umumnya halus, berpola dan konsisten.
Nah, jika bila gerakan janin tiba -tiba menjadi hebat atau bahkan sangat lemah kemudian berhenti, bisa jadi itu tanda janin sedang sekarat.
Oleh karena itu, penting bagi Moms untuk mengetahui pola gerakan sang janin sehingga bisa langsung merasakan adanya perubahan.
2. Tak ada gerakan janin
Pada usia 5 bulan, umumnya janin sudah menunjukkan gerakan-gerakannya.
Jika sang janin sama sekali tidak menunjukkannya, Moms perlu waspada.
Sebab, normalnya janin akan melakukan gerakan minimal 10 kali dalam sehari.
3. Ukuran perut
Semakin janin tumbuh, maka perut akan semakin membesar.
Sebaliknya, perut tidak akan mengalami perubahan apapun jika janin telah meninggal.
Jadi, Moms perlu waspada dan mengenali setiap gerakan yang biasa di lakukan oleh si kecil dalam kandungan ya!
(Tribunnews.com/ Bayu Indra Permana/Nakita/Irfan Hasuki)