TRIBUNNEWS.COM - Peristiwa meninggal saat sedang tidur bukan lagi hal yang asing.
Meninggal saat tidur juga pernah dialami sejumlah public figure.
Seperti yang belum lama terjadi, aktor Cecep Reza menghembuskan napas terakhirnya saat sedang tidur, Selasa (19/11/2019).
Selain itu, putra kandung mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Panji Hilmansyah (31), juga meninggal dunia saat sedang tidur pada 2016 silam.
Peristiwa meninggal saat tidur tentu mengagetkan orang-orang sekitarnya.
Terlebih jika orang tersebut tampak sehat-sehat saja sebelumnya.
Dokter Umum dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pandanarang, Boyolali, dr Fiarry Fikaris, menyampaikan meninggal dalam keadaan tidur bisa disebabkan oleh tiga faktor.
Secara umum, ada 3 faktor yang menjadi penyebab seseorang meninggal saat sedang tidur.
Pertama faktor lingkungan, kedua penyakit dan yang terakhir kelainan bawaan yang bersifat genetik
Dari faktor lingkungan, seseorang dapat meninggal saat tidur apabila keracunan karbon monoksida (CO).
"Keracunan gas CO ini seringkali disebabkan penggunaan suatu alat tertentu yang gas buangnya memasuki tempat seseorang itu tidur," kata Fiarry dalam keterangan tertulis, Rabu (20/11/2019).
Fiarry menjelaskan, hal itu menyebabkan seseorang keracunan gas CO lalu meninggal mendadak saat tidur.
Faktor berikutnya karena ada penyakit.
"Penyakit yang didapat juga dapat menyebabkan kematian saat tidur," ujar Fiarry.
Ia menyampaikan, penyakit yang seringkali menyebabkan seseorang meninggal mendadak saat tidur satu di antaranya yaitu aritmia.
Aritma merupakan gangguan ritme jantung.
Selain disebabkan oleh kelainan bawaan, aritmia juga dapat disebabkan oleh gangguan jantung.
"Seperti riwayat serangan jantung di masa lampau dan penyakit arteri koroner," lanjut Fiarry.
Ia menyebutkan, kedua penyakit tersebut erat kaitannya dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, kolesterol tinggi, dan obesitas.
Selain itu, menurut Fiarry, meninggal mendadak saat tidur juga dapat disebabkan penyakit bawaan yang bersifat genetik.
"Bisa juga disebabkan penyakit bawaan yang bersifat genetik seperti brugada sindrom dan gangguan pengaturan ion tubuh," kata Fiarry.
Brugada sindrom dan gangguan ion tubuh, menurut Fiarry, dapat memicu aritmia sehingga berujung pada kematian mendadak saat tidur.
Meninggal Saat Tidur Dapat Dialami Segala Usia
Dilansir dari Kompas.com, Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Agus Dwi Susanto, mengatakan meninggal saat tidur bisa terjadi pada segala usia.
Selain penyakit yang telah disebutkan Fiarry, Agus mengungkapkan seseorang yang meninggal saat tidur juga dapat disebabkan oleh penyakit sleep apnea.
Ia menjelaskan, sleep apnea merupakan kondisi henti napas saat tidur.
"Tipe sleep apnea yang cukup banyak diderita itu Obstructive Sleep Apnea (OSA), yaitu terjadi penyempitan saluran napas atas," kata Agus, Selasa (19/01/2016).
Agus menyampaikan, saat terjadi penyempitan saluran napas atas maka napas dapat berhenti selama 10 detik saat tidur.
Menurut penjelasannya, napas berhenti karena penyempitan di saluran napas atas menyebabkan oksigen tidak bisa lewat.
Akibatnya, tidak ada udara yang masuk ke paru-paru.
Oksigen di seluruh tubuh pun berkurang, termasuk yang ke jantung dan otak.
Agus menuturkan, OSA biasanya terjadi lebih dari lima kali dalam satu jam.
"Kalau orang punya sakit jantung, kalau saat tidur kekurangan oksigen terus-menerus karena OSA, jantungnya juga berhenti sehingga bisa menyebabkan kematian," jelasnya.
Seseorang yang bertahun-tahun mengalami henti napas saat tidur akan berisiko terkena stroke dan penyakit jantung koroner.
Sayangnya, banyak orang tak menyadari sering mengalami henti napas saat tidur.
Faktor risiko sleep apnea di antaranya yaitu:
1. Kelebihan berat badan
2. Lingkar leher terlalu besar
3. Kelainan saluran napas atas
4. Peradangan saluran napas
5. Merokok
6. Penyakit paru kronis seperti asma.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta) (Kompas.com/Dian Maharani)