TRIBUNNEWS.COM - Uban atau rambut yang memutih seringkali menjadi salah satu acuan semakin bertambah tuanya seseorang.
Padahal, uban bisa saja muncul di usia yang masih muda dan bisa menjadi tanda stres.
Faktanya, para ilmuwan mengungkapkan bahwa stres bisa menyebabkan rambut berubah warna menjadi putih.
Namun, hal itu bisa dihentikan tanpa harus menggunakan pewarna rambut.
Pada percobaan terhadap tikus, seperti dilansir dari BBC Health, sel punca (stem cell) yang mengontrol warna kulit dan rambut rusak ketika stres terjadi karena rasa sakit yang intens.
Baca: Alpukat Hingga Kopi, Bahan Herbal Rumaha untuk Mencegah Uban di Usia Muda, Dicoba Yuk
Baca: Masih Muda, Sudah Ubanan? Bisa Jadi Karena Kurang Gizi
Hasil dari penelitian yang diterbitkan di Nature tersebut, tikus berbulu hitam pun berubah menjadi putih dalam waktu beberapa minggu.
Namun, para ilmuwan tidak tahu persis bagaimana stres memengaruhi rambut di kepala kita.
Baca: Rutin Warnai Rambutnya Sebulan Sekali, 10 Tahun Kemudian Wanita Ini Alami Kejadian Mengerikan
Ilmuwan dari Universitas Harvard Amerika Serikat dan Sao Paulo Brazil yang ada di belakang penelitian ini meyakini efek tersebut berkaitan dengan sel batang melanosit, yaitu sel yang memproduksi melanin dan bertanggung jawab untuk warna rambut dan kulit.
Saat melakukan percobaan pada tikus, mereka menemukan bukti bahwa inilah masalahnya.
Prof Ya-Cieh Hsu, penulis penelitian dari Universitas Harvard menjelaskan, kerusakan permanen pada tikus memicu pelepasan adrenalin dan kortisol, membuat jantung mereka berdetak lebih cepat dan tekanan darah meningkat.
Ini memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan stres akut. Proses ini kemudian mempercepat penipisan sel induk yang menghasilkan melanin dalam folikel rambut.
"Aku menduga stres buruk bagi tubuh. Tetapi, dampak buruk stres terhadap rambut ada di luar apa yang kubayangkan," kata Prof Hsu.
Selang beberapa hari, semua sel induk regenerasi pigmen hilang. Begitu sel tersebut hilang maka kita tidak bisa membuat ulang pigmen lagi atau terjadi kerusakannya permanen.
Dalam percobaan lain, para peneliti menemukan bahwa mereka dapat memblokir perubahan dengan memberikan anti-hipertensi pada tikus untuk mengobati tekanan darah tinggi.