News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Terus Bertambah, Korban Tewas Akibat Virus Corona Kini Mencapai 813 Orang

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Singapura beraktivitas di luar rumah dengan mengenakan masker karena kekhawatiran meluasnya penyebaran virus corona.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Jumlah korban meninggal akibat terpapar virus corona telah melampaui korban wabah saluran pernafasan akut atau SARS.

Tercatat pada Senin pagi yang dilaporkan CGTN (10/2/2020), 813 orang meninggal dunia sementara 37.289 orang positif virus bernama 2019-nCoV.

Kebanyakan kasus kematian terjadi di daratan Tiongkok.

Secara total ada 8.098 kasus SARS di seluruh dunia dari November 2002 hingga Juli 2003 dan korban meninggal sebanyak 774.

Virus merebak pertama kali pada Desember tahun lalu itu, ditemukan di kota Wuhan, provinsi Hubei, China Tengah.

Kota Wuhan diisolasi oleh otoritas China selama berminggu-minggu untuk mencegah penyebarannya sampai hari ini.

Baca: Jelita Sejuba, Hamparan Batu Granit yang Instagramable di Natuna

Virus corona telah dikonfirmasi terjadi di lebih dari 20 negara di luar China, seperti Amerika Serikat, Australia, Filipina, Finlandia, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kambodja, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, dan Nepal.

Baca: Terjatuh Saat Hendak Turun dari Gunung Marapi, Seorang Pendaki Dievakuasi dalam Keadaan Lemah

Kemudian, Prancis, Russia, Singapura, Spayol, Sri Lanka, Swedia, Taiwan, Hong Kong, Thailand, Vietnam, Uni Emirat Arab, Belgia.

Penyebarannya yang aktif membuat Organisasi kesehatan dunia atau WHO menetapkan wabah virus corona sebagai darurat kesehatan global, pada akhir Januari lalu.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip dari BBC Indonesia mengatakan, terdapat kekhawatiran virus akan menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.

"Alasan utama pernyataan ini bukanlah apa yang terjadi di China tetapi terjadi di luar negara China," kata Tedros.

Sumber : CGTN dan BBC Indonesia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini