TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah wanita yang pernah menjalankan terapi didampingi doktor psikologi berinisial DS mengaku mendapat pelecehan seksual.
Beberapa di antaranya menyebut DS meminta terapi dilakukan di sebuah kamar hotel.
Kabar ini bermunculan setelah selebgram Revina VT mengungkapkan kejanggalan yang dirasakan saat akan berkolaborasi dengan DS untuk membuat sebuah konten YouTube.
Revina mengaku tidak menemukan nama DS dalam daftar tenaga medis di Sistem Informasi Keanggotaan (SIK) Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) .
Pengakuan korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh DS saat menjalankan terapi itu pun menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
Bahkan, banyak yang menjadi takut untuk melakukan konseling maupun terapi dengan psikolog.
Menanggapi hal itu, psikolog di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, Adib Setiawan SPsi MPsi menyampaikan, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan saat memilih psikolog.
Hal ini dapat diperhatikan untuk menghindari praktek psikolog abal-abal dan terlebih untuk menghindari kemungkinan adanya pelecehan seksual.
Berikut cara yang perlu dipertimbangkan dalam memilih psikolog:
1. Pertimbangkan faktor biaya
Psikolog dari www.praktekpsikolog.com yang berkantor di Bintaro, Jakarta Selatan itu menyebut faktor biaya perlu diperhatikan saat memilih psikolog.
Adib menyarankan masyarakat untuk memilih psikolog yang memasang tarif rata-rata.
"Kalau biayanya terlalu mahal, takutnya dia hanya nyari uang saja, carilah yang midle, artinya nggak mahal-mahal banget, nggak murah-murah banget," terang Adib saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Senin (17/2/2020) pagi.
Sementara itu, Adib pun tak menyarankan masyarakat memilih psikolog yang memasang tarif terlalu murah.
Ia mengkhawatirkan, pelayanan yang diberikan psikolog tidak maksimal.
Adib menyebutkan, tarif normal untuk mendapat pelayanan psikolog yaitu berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu per pertemuan.
"Kebijakannya lain-lain, ada yang per paket, ada yang per jam, tapi kalau sampai di atas Rp 1,5 juta biasanya karena dia nyari yang kliennya sedikit, tapi langsung bayar banyak, jadi pengalamannya mungkin belum terlalu banyak," kata Adib.
Lebih lanjut, Adib menyarakankan agar masyarakat mau membandingkan antara satu psikolog dengan psikolog lainnya.
"Yang penting adalah bandingkan psikolog satu dengan psikolog yang lain, baru pilih mana yang terbaik," tutur Adib.
2. Pilih psikolog yang responsnya cepat
Menurut Adib, psikolog yang merespons kliennya dengan cepat artinya fokus dalam melayani klien.
"Pilih yang buat janjinya gampang."
"Misalnya mau ketemu psikolog janjinya harus satu minggu atau tiga bulan, pilihlah yang mudah saja," tutur Adib.
Menurut Adib, kebanyakan psikolog akan merespons kliennya dengan cepat.
Namun, berbeda dengan psikolog yang membuka praktek sebagai sampingan.
"Psikolog yang buat janjinya itu sebulan barangkali menangani klien itu sampingan, mungkin pekerjaan utamanya dosen jadi antrenya banyak," kata Adib.
"Sebaiknya cari yang cepat," lanjutnya.
3. Memiliki tempat praktek yang jelas dan memiliki izin praktek
Lebih lanjut, Adib mengatakan, tempat praktek dan izin praktek seorang psikolog perlu dipertimbangkan.
"Pastikan tempat prakteknya jelas, kalau perlu tanyakan izin prakteknya ada nggak?"
"Suruh kirim lewat WhatsApp, kalau ada, baru percaya," ujarnya.
4. Jangan hanya percaya pada satu ahli
Adib juga menyarankan, untuk membertimbangkan psikolog maka dianjurkan untuk tidak hanya mempercayai satu ahli saja.
"Bandingkan dulu sama ahli lain, bandingkan mana yang logis," kata Adib.
"Terkadang ada profesional tertentu menakut-nakuti kliennya, hindari yang kesannya nakut-nakutin," sambung Adib.
Namun, jika sudah ada dua psikolog yang menyebutkan hal yang sama mengenai kemungkinan buruk yang bisa dialami klien apabila tidak melakukan terapi, Adib mengatakan hal itu baru dapat dipercaya.
"Misal nggak diterapi nanti jadi begini-begini, cari tahu dulu," ungkap Adib.
"Kalau dua psikolog ngomong gitu, baru percaya. Kalau baru satu, tenang dulu," lanjutnya.
Surat-Surat yang Dimiliki Psikolog Klinis
Adib menambahkan, untuk menghindari praktek psikolog abal-abal, perlu diketahui, terdapat sejumlah surat yang harus dimiliki psikolog klinis.
Surat tersebut di antaranya:
1. Ijazah S1 Psikologi dan S2 Psikologi
2. Surat Izin Praktek Psikologi (SIPP)
3. Surat Sebutan Psikolog
4. Sertifikat Sumpah Profesi Psikolog Klinis
5. Surat Tanda Registrasi (STR), hanya dimiliki psikolog klinis
6. Hasil Uji Kredensial
7. Surat Izin Praktik Psikolog Klinis (SIPPK)
Adib mengatakan, yang paling wajib dimiliki psikolog yaitu Ijazah S-1 Psikologi, Ijazah S-2 Psikologi, dan SIPP.
Sementara, psikolog yang menangani klien di rumah sakit bersama psikiater harus memiliki lima surat lainnya yang terdapat dalam daftar di atas.
Cara Menghindari Pelecehan Seksual Saat Sesi Terapi dengan Psikolog
Adib menyebutkan seorang psikolog tak mungkin mengajak kliennya melakukan terapi di kamar hotel.
"Buat masyarakat, yang paling penting dipahami adalah terapi pasti di tempat praktek, bukan di hotel karena hotel rentan," kata Adib saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (17/2/2020) pagi.
Menurut Adib, hal ini juga dapat menjadi patokan untuk menghindari pelecehan seksual.
"Untuk menghindari pelecehan, pastikan terapi tidak di hotel," kata Adib.
Selain itu, untuk menghindari pelecehan, seseorang dapat memberitahu dari awal, dirinya tidak ingin ada sentuhan selama terapi berjalan.
Baca: VIRAL Doktor Psikologi DS Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Begini Cara Pilih Psikolog yang Tepat
"Lebih baik dari awal ngomong, 'saya nggak mau terapi yang sifatnya sentuhan'."
"Nah kalau pun ada sentuhan, pastikan jenis kelaminnya sama," kata Adib.
"Itu bisa dibicarakan dari awal, masyarakat harus tahu," sambungnya.
Adib menjelaskan, memang terdapat sejumlah metode terapi yang menerapkan sentuhan fisik.
Namun, metode sentuhan tersebut tetap tergantung atas persetujuan klien.
Kendati demikian, Adib merasa kurang cocok dengan metode terapi yang menggunakan sentuhan.
"Kalau udah ada sentuhan rasanya kurang tepat walaupun dalam metode-metode tertentu memang ada sentuhan," tutur Adib.
"Tapi saya sarankan kalau ada sentuhan, antara klien dan psikolog itu jenis kelaminnya sama," sambungnya.
Cara Mengenali Permintaan Tak Wajar
Sementara itu, Adib juga menerangkan mengenai bagaimana cara mengenali permintaan tak wajar saat sedang dalam sesi training atau konseling bersama psikolog.
Sentuhan dalam sesi terapi dapat disebut tak wajar apabila mulai menyentuh bagian-bagian tubuh selain tangan, kaki, dan kepala.
"Yang jelas kalau dia mau menyentuh selain tangan, selain kaki, kepala, itu kemungkinan besar nggak wajar, itu bisa aja terjadi pelecehan," terangnya.
Kalaupun akan melakukan sentuhan, Adib menuturkan, seorang psikolog pasti akan memberi penjelasan sebelum terapi dimulai.
"Dia akan menjelaskan kalau nanti ada sentuhan begini, begini, gitu," jelas Adib.
"Sebelum ada terapi, ada kesepakatan dulu," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta)