Dilansir The Guardian dari Red Star, seorang perawat di rumah sakit itu mengonfirmasi kabar duka ini, Selasa depannya.
Dua kasus kematian ini, terjadi ketika pemerintah melakukan pemeriksaan ke rumah-rumah di Wuhan.
Tujuannya, untuk mencari dan mengumpulkan semua pasien yang terinfeksi.
Pemerintah menegaskan, siapapun yang dicurigai terpapar COVID-19 wajib melakukan tes khusus.
Kemudian siapapun yang sering kontak secara dekat dengan pasien, akan dikarantina.
Chutian Daily melaporkan, 10 pusat karantina mirip rumah sakit darurat Fanchang akan didirikan di delapan distrik di Wuhan.
Di sana, akan disediakan lebih dari 11.400 tempat tidur khusus untuk pasien dengan gejala ringan.
Bangunan pabrik, kawasan industri, dan pusat transportasi akan dirombak menjadi pusat penanganan pasien rawat jalan.
Semua masyarakat di daerah pedesaan, akan diisolasi dan ditutup aksesnya.
Mulai Selasa, siapapun yang membeli obat batuk atau demam harus menggunakan kartu identitas mereka.
Itu harus dilakukan baik pembelian langsung di apotek, maupun via online.
Kampanye inspeksi di seluruh kota ini, dilakukan pemerintah karena beredar tuduhan bahwa otoritas China menutup-nutupi fakta korban sebenarnya.
Otoritas kesehatan China, telah melaporkan hampir 50.000 kasus yang ada di Provinsi Hubei saja.
Meskipun jumlah kasus di luar Provinsi Hubei telah menurun selama 13 hari terakhir ini, tapi situasi di dalam Hubei masih serius, dilansir The Guardian dari Global Times.
Sejumlah pembatasan di Hubei, semakin diperketat.
Pemerintah melarang kendaraan pribadi dan umum menelusuri jalanan, pada Minggu lalu.
Hanya kendaraan yang berkepentingan untuk memberikan layanan saja, yang boleh berlalu lalang.
Pembatasan ini, akan dilakukan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah setempat.
Selain itu, semua akses publik seperti lingkungan perumahan di daerah perkotaan maupun desa, ditutup dan diisolasi.
(Tribunnews/Chrysnha, Ika Nur Cahyani)