Sebelumnya, ayah Chang meninggal lebih awal dari Covid-19 pada 3 Februari di rumah.
Seorang dokter dikirim ke rumahnya sehari sebelumnya untuk memeriksa ayah Chang, tetapi kondisinya memburuk terlalu cepat dan ia meninggal beberapa jam kemudian.
Ibu Chang dikirim ke rumah sakit Wuchang pada 4 Februari dan meninggal empat hari kemudian.
Sementara itu, Chang juga memperlihatkan gejala pada 4 Februari dan dikirim ke rumah sakit di Distrik Huangpi.
Saat itu, istri Chang memberi tahu anggota staf bahwa Chang merasa sangat lesu.
Chang akhirnya meninggal pada 14 Februari di hari yang sama dengan saudara perempuannya meskipun tinggal beda rumah.
Istri Chang juga didiagnosis positif beberapa hari setelah Chang dan masih di rumah sakit.
Chang meninggalkan istri dan putranya yang belajar di luar negeri.
Isi surat wasiat Chang, ditolak RS hingga Ibu menyerah
Diberitakan juga, Chang menulis bahwa keluarganya menikmati pertemuan bersama pada malam Tahun Baru Imlek meskipun mereka tidak bisa makan malam reuni di sebuah hotel seperti yang direncanakan.
Namun, ayahnya tiba-tiba sakit pada hari pertama Tahun Baru Cina pada 25 Januari, menderita batuk dan demam.
Ayah Chang mengalami kesulitan bernapas, lalu Chang membawanya ke rumah sakit untuk perawatan.
Mereka ditolak oleh beberapa rumah sakit karena kurangnya tempat tidur.
Mereka kembali ke rumah dan berusaha merawat ayahnya yang sakit parah.
Chang menambahkan dalam surat wasiatnya bahwa meninggalnya ayahnya adalah pukulan besar bagi ibunya yang sudah kelelahan akibat penyakit itu.
Ibu Chang akhirnya menyerah pada virus juga.
Setelah merawat orang tuanya yang terinfeksi selama berhari-hari di rumah, Chang dan istrinya juga terinfeksi Covid-19.
Dia tidak bisa masuk ke rumah sakit sampai kondisinya memburuk, tulis dalam surat wasiat.
Di akhir tulisannya, dia berkata kepada orang-orang yang dicintainya, termasuk putranya yang belajar di Inggris.
Bahwa dirinya melakukan yang terbaik sebagai seorang anak yang berbakti.
"Perpisahan, untuk mereka yang kucintai dan mereka yang mencintaiku," ujar dia.
Baca: BREAKING NEWS: 3 WNI Kru Kapal Pesiar Diamond Princess Positif Virus Corona
Dokter Senior Wuhan Meninggal
Satu di antara dokter senior di Wuhan, baru saja meninggal setelah tertular virus corona.
Padahal, ketika itu otoritas kesehatan sedang gencar-gencarnya melakukan kampanye tentang virus corona kepada warga.
Mereka juga mencari pasien di tengah Kota Wuhan, yang terinfeksi virus mematikan ini.
"Liu Zhiming, Direktur Rumah Sakit Wuhan Wuchang meninggal pada pukul 10.20 pagi ini, setelah upaya resusitasi gagal," lapor China Central Television.
Sebelum dinyatakan meninggal, kondisi Liu sempat membuat publik bingung.
Pasalnya, pada Senin malam Departemen Partai Propadanda Komunis Komisi Kesehatan Hubei menyatakan, bahwa Liu sudah meninggal.
Tetapi, beberapa waktu kemudian mereka merilis pernyataan bahwa Liu masih hidup.
"Menurut kerabat Liu, pihak rumah sakit masih berusaha menyadarkannya," bunyi pernyataan kedua itu.
Pihak departemen komunis itu, menyebut informasi sebelumnya salah dan berasal dari rekan Liu yang tidak mengetahui benar kondisinya.
Kasus meninggalnya paramedis di tengah peperangan dengan virus mematikan ini, juga dialami rumah sakit pengobatan di Kota Ezhou, Hubei.
Adalah Xu Depu, direktur rumah sakit tersebut.
Dia meninggal karena terpapar virus corona, dan menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis, pekan lalu.
Dilansir The Guardian dari Red Star, seorang perawat di rumah sakit itu mengonfirmasi kabar duka ini, Selasa depannya.
Dua kasus kematian ini, terjadi ketika pemerintah melakukan pemeriksaan ke rumah-rumah di Wuhan.
Tujuannya, untuk mencari dan mengumpulkan semua pasien yang terinfeksi.
Pemerintah menegaskan, siapapun yang dicurigai terpapar COVID-19 wajib melakukan tes khusus.
Kemudian siapapun yang sering kontak secara dekat dengan pasien, akan dikarantina.
Chutian Daily melaporkan, 10 pusat karantina mirip rumah sakit darurat Fanchang akan didirikan di delapan distrik di Wuhan.
Di sana, akan disediakan lebih dari 11.400 tempat tidur khusus untuk pasien dengan gejala ringan.
Bangunan pabrik, kawasan industri, dan pusat transportasi akan dirombak menjadi pusat penanganan pasien rawat jalan.
Semua masyarakat di daerah pedesaan, akan diisolasi dan ditutup aksesnya.
Mulai Selasa, siapapun yang membeli obat batuk atau demam harus menggunakan kartu identitas mereka.
Itu harus dilakukan baik pembelian langsung di apotek, maupun via online.
Kampanye inspeksi di seluruh kota ini, dilakukan pemerintah karena beredar tuduhan bahwa otoritas China menutup-nutupi fakta korban sebenarnya.
Otoritas kesehatan China, telah melaporkan hampir 50.000 kasus yang ada di Provinsi Hubei saja.
Meskipun jumlah kasus di luar Provinsi Hubei telah menurun selama 13 hari terakhir ini, tapi situasi di dalam Hubei masih serius, dilansir The Guardian dari Global Times.
Sejumlah pembatasan di Hubei, semakin diperketat.
Pemerintah melarang kendaraan pribadi dan umum menelusuri jalanan, pada Minggu lalu.
Hanya kendaraan yang berkepentingan untuk memberikan layanan saja, yang boleh berlalu lalang.
Pembatasan ini, akan dilakukan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah setempat.
Selain itu, semua akses publik seperti lingkungan perumahan di daerah perkotaan maupun desa, ditutup dan diisolasi.
(Tribunnews/Chrysnha, Ika Nur Cahyani)