Isolasi ketat adalah ruangan bertekanan negatif dengan tenaga kesehatan yang bekerja di dalamnya harus terlindungi mulai dari kepala hingga kaki.
Pada 2003, RSPI Sulianto Saroso ditunjuk sebagai rumah sakit rujukan kasus SARS.
Selain itu, semenjak tahun 2005, RSPI Sulianti Saroso juga merupakan Rumah Sakit rujukan dalam menangani KLB Flu Burung (H5N1).
Pada 2015, RSPI Sulianti Saroso juga berperan dalam penanganan dan pencegahan penyakit Mers CoV (MCoV) atau Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (Sindrom Pernapasan Timur Tengah karena Virus Corona).
Pada 2017, RSPI Sulianti Saroso menjadi rumah sakit rujukan untuk penyakit infeksi difteri yang ditetapkan sebagai kasus KLB di tahun tersebut.
Asal Nama
Nama RSPI Sulianti Saroso diambil dari nama seorang dokter yang berperan besar terhadap dunia kesehatan Indonesia, Prof Dr Julie Sulianti Saroso MPH.
Ia pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan, Pemberantasan dan Pembasmian Penyakit Menular (P4M) pada 1967-1975.
Pada 1975-1978, ia menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes).
Ia berhasil meyakinkan komisi internasional WHO bidang pemberantasan penyakit cacar, Indonesia telah terbebas dari penyakit cacar yang kala itu tengah melanda dunia.
Selain itu, Sulianti Saroso juga pernah menjadi ketua Health Assembly atau Majelis Kesehatan Dunia pada 1973.
Sejarah RSPI Sulianti Saroso
RSPI Sulianti Saroso berawal dari pendirian Stasiun Karantina di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Stasiun ini berdiri sejak 1917-1958.