Paglia menambahkan, pikiran tidak dapat membedakan antara bahaya nyata dan bahaya yang dirasakan.
Ketika kita merasa terancam dan rentan, adrenalin mengalir ke seluruh tubuh, menyebabkan peningkatan kecemasan dan seringkali juga diikuti dengan gejala nyeri dada, sesak napas, dan merasa kepanasan.
Jika kamu memiliki riwayat kecemasan dan serangan panik, tanamkan pada diri bahwa kemungkinan besar gejala tersebut bersifat psikosomatis alih-alih gejala infeksi virus.
Ketika kamu merasa benar-benar khawatir dan gejala fisik itu muncul, berhentilah sejenak dan cobalah beberapa teknik grounding untuk lebih tenang, yakni bagaimana kamu bisa menenangkan napas, tubuh dan pikiran, serta membawa dirimu kembali ke momentum saat ini.
Jika gejalamu mereda setelah itu dan kamu lebih rileks, maka dapat dipastikan bahwa gejala tersebut disebabkan oleh serangan panik, bukan virus corona.
Namun, jika tidak, jangan ragu mengunjungi tempat pelayanan kesehatan untuk mengetahui kondisimu.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Awas, Serangan Panik Punya Gejala Mirip Virus Corona