TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendingin udara (AC) dicurigai menjadi sarana penularan penyakit.
Terlebih untuk AC yang berada di ruang publik seperti kantor, restoran, toko, pusat kebugaran, dll.
Belakangan AC juga dianggap menjadi biang sarana penularan virus corona.
Benarkah?
Berkaca dari penularan virus corona di Wuhan Melansir Health (21/5/2020), laporan yang diterbitkan di Emerging Infectious Diseases meningkatkan kewaspadaan terkait penggunaan AC di ruang publik saat wabah virus corona merebak.
Baca: Nenek 100 Tahun Sembuh dari Covid-19 di Surabaya, Khofifah Sebut Vaksin Paling Ampuh
Baca: Riset LSI Denny JA: 158 Wilayah Siap Jalani New Normal Per 5 Juni, Berikut Daftarnya
Riset tersebut mengungkap, sembilan orang di Wuhan, China, terinfeksi virus corona setelah duduk di dekat ventilasi AC di sebuah restoran.
Menurut laporan, virus itu ditularkan dari orang tanpa gejala (OTG) Covid-19 yang mengunjungi restoran dan duduk persis di depan AC.
Menyikapi temuan tersebut, ahli dari Departemen Mikrobiologi, Imunologi, dan Genetika Molekuler University of California, Manish Butte PhD mengatakan, AC di tempat publik bisa jadi berpotensi menularkan penyakit.
Kesimpulan tersebut didasarkan pada cara kerja AC.
Pendingin udara dapat menyirkulasikan udara lebih cepat dengan menghilangkan kelembaban.
Hawa panas yang ditahan uap air tersebut membuat kelembaban udara menurun dan ruangan jadi lebih dingin.
"Saat terjadi penguapan, droplet (cipratan dari cairan pernapasan) yang mengandung penyakit bisa ikut mengering," jelas Butte.
Sebagai informasi, droplet bisa menyebar saat seseorang bernapas, bicara, batuk, dan bersin. Ukuran dan jarak penyebaran droplet tersebut bisa bervariasi.
Di sisi lain, droplet juga bisa menyebar saat AC dinyalakan.
Pasalnya, aliran udara dari ventilasi bisa mendorong droplet mengandung kuman termasuk virus corona ke udara.
Cipratan cairan dari saluran pernapasan ini bisa langsung terhirup orang lain. Atau, penyakit dapat menular secara tidak langsung saat droplet menempel di permukaan benda dan tanpa sengaja disentuh orang lain.
"Memperhatikan arah aliran udara penting untuk mencegah penularan virus corona," jelas dia.
Kendati sejumlah ahli menganggap AC bisa jadi medium penularan virus corona, namun ada juga yang tidak sependapat dengan argumen tersebut.
"Saya tidak menganggap laporan di Wuhan bisa mewakili risiko penularan virus corona secara keseluruhan," kata Amesh A. Adalja, MD, pakar penyakit menular dari Johns Hopkins Center for Health Security AS, kepada Health.
Menurut dia, sampel yang diambil dalam laporan tersebut terbilang kecil. Namun, Adalja sependapat jika setiap orang perlu mulai memperhatikan pola aliran udara AC untuk meminimalkan risiko tertular virus corona.
Ahli penyakit menular dari Cleveland Clinic, Kristin Englund, MD, juga menyebut temuan kasus pengunjung restoran positif Covid-19 di Wuhan belum bisa dijadikan patokan.
Karena, tidak semua pengunjung restoran yang turut terpapar AC di sana positif Covid-19. Banyak variabel yang perlu dipertimbangkan, tidak hanya AC semata.
Kendati laporan tersebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, Englund menyatakan AC dan kipas angin dapat menggerakkan udara di dalam ruangan. Sehingga, secara terori kipas angin maupun AC juga berisiko menyebarkan partikel virus seperti corona dari droplet.
Namun, sekali lagi dia mengatakan, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak penggunaan AC di ruang publik terhadap penyebaran virus corona.
"Saat ini kami meyakini cara utama penyebaran virus corona adalah lewat kontak dekat dengan penderita," kata dia.
Untuk itu, dia menyarankan setiap orang mencegah penularan virus corona dengan menjaga jarak aman dengan orang lain minimal dua meter. (Mahardini Nur Afifah/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bisakah AC Jadi Sarana Penularan Virus Corona?"