TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Operasi sunat biasanya dilakukan pada anak-anak yang duduk di Sekolah Dasar (SD) karena alasan keagaman dan untuk kesehatan.
Sunat bisa dilakukan kapan saja asal tubuh anak dalam kondisi sehat dan tidak ada kelainan tertentu di bagian kelaminnya.
Dokter Spesialis Bedah Umum, dr. Andika August Winata, SpB, menyebutkan sunat juga tetap bisa dilakukan pada anak yang mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan.
Walaupun kelamin anak yang obesitas tidak terlalu kelihatan karena tertimbun lemak namun dr. Andika memastikan tidak harus diet dulu tetap bisa dilakukan tindakan.
"Kalau terlalu gemuk timbunan lemak banyak kepala penis tidak terlihat jadi tertutup lemak, kalau tidak ditemukan kelainan penis yang terlalu kecil kita tetap bisa lakukan sunat," kata dr. Andika saat live instagram bersama RS Eka Hospital, Rabu (17/6/2020).
Kalau anak kegemukan dan mengalami kelainan alat kelamin seperti ukurannya kecil biasanya akan dilakukan treatment khusus dulu untuk mempelancar operasi sunat.
"Kalau ditemukan kelainan penis karena terlalu kecil harus ada terapi hormon dulu baru sunat," ungkap dr. Andika.
Tindakan sunat yang dilakukan ini merupakan tindakan pelepasan kulit di ujung kemaluan untuk mencegah berbagai risiko penyakit dan menjaga kebersihan penis.
Sunat bisa dilakukan usia berapa saja, hanya semakin tua proses penyembuhannya akan semakin lama tidak seperti saat anak-anak.
"Kapan waktu terbaik gak ada tapi kami banyak melakukan sunat dari awal kelahiran juga, yang penting kondisi bayi sehat atau lahirnya tidak ada masalah bisa dilakukan tindakan," pungkas dr. Andika.
Metode yang digunakan sunat untuk saat ini sangat beragam, mulai dari potong langsung kulup dengan pisau bedah, laser, klem maupun strapler.