Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini sekitar 2,3 miliar orang menderita anemia. Satu dari dua penderita mengidap anemia karena defisiensi zat besi (IDA).
Mereka mengalami gejala seperti sering kelelahan, pusing, pucat, dan gangguan kekebalan tubuh yang memengaruhi kualitas hidup dan produktivitas.
Asia Tenggara dan Afrika memiliki tingkat prevalensi anemia tertinggi yang mewakili 85 persen dari kasus yang dilaporkan secara global.
Prof. Dr. Zulfiqar A. Bhutta, Robert Harding Inaugural Chair in Global Child Health, Hospital for Sick Children and Co-Director of the SickKids Centre for Global Child Health Kanada mengatakan, walaupun cukup bukti mengenai beban yang ditimbulkan dan epidemiologi mengenai anemia dan defisiensi zat besi pada anak-anak dan wanita usia subur di berbagai belahan dunia, penanganan secara strategis masih sangat lambat.
Baca juga: Waspada, 7 Ciri Ciri Ini Menandakan Anda Terserang Anemia
Kondisi ini mengakibatkan hilangnya sumber daya manusia secara signifikan dan tantangan ini diperparah dengan pandemi COVID-19 dan berbagai konsekuensi ekonomi yang terjadi.
"Deteksi dini anemia secara menyeluruh dan penanganan yang tepat harus menjadi prioritas global,” katanya saat peluncuran P&G Blood Health Forum, acara berbagi ilmu kedokteran yang dilakukan secara virtual dan dihadiri oleh para pakar internasional yang bertujuan untuk menangani tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia akibat anemia belum lama ini.
Ditekankan Dr Bhutta, potensi penuh dari beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan terkait nutrisi, kesehatan dan pembelajaran (SDGs 2, 3 dan 4) tidak dapat direalisasikan tanpa penanganan anemia akibat defisiensi zat besi dalam skala besar, terutama di populasi yang terpinggirkan dan sangat miskin di dunia.
Aalok Agrawal, Senior Vice President, P&G Health - Asia Pacific, Middle East and Africa, mengatakan, anemia menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dengan tingkat prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika.
Baca juga: Manfaat Konsumsi Kismis untuk Kesehatan: Menetralkan Asam Lambung hingga Mencegah Anemia
Anemia adalah risiko kesehatan yang sangat memengaruhi kelompok masyarakat yang paling rentan yaitu perempuan dan anak-anak.
Melalui P&G Blood Health Forum, kami menyambut para pakar terkemuka bidang anemia, fisiologi zat besi, dan kesehatan gizi untuk bertukar wawasan dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan kesehatan anemia secara global.
"Dengan menyediakan platform untuk pertukaran berbagai penelitian ilmiah dan wawasan klinis, kami berharap dapat meningkatkan pengetahuan mengenai pendekatan dan metode yang efektif untuk menangani anemia,” katanya.
Diadakan secara virtual di tujuh negara Asia, sesi pembukaan tahun ini bertema 'Mengutamakan kesehatan darah melalui diagnosis dini dan pengelolaan defisiensi zat besi dan mikronutrien.
Sesi diskusi dipimpin oleh pembicara internasional yang terdiri dari para ahli terkemuka bidang anemia, kesehatan masyarakat, fisiologi zat besi dan kesehatan gizi serta membahas berbagai topik yang luas mengenai diagnosis, komunikasi, dan manajemen defisiensi zat besi dan anemia pada pasien.
Forum ini dihadiri oleh lebih dari 2.500 peserta dari seluruh sektor layanan kesehatan Asia termasuk 600 dari Indonesia.
Peserta yang terlibat dalam forum ini terdiri dari spesialis terapeutik seperti dokter kandungan dan ginekolog, dokter spesialis anak, dokter umum, dan ahli hematologi.
P&G Blood Health Forum 2020 merupakan P&G Health’s International Convention yang ke-2 mengenai Iron Deficiency and Anemia. Program ini merupakan bagian dari upaya P&G Health yang berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat memiliki umur yang lebih panjang, lebih sehat dan lebih baik.