Darah dari arteri yang bocor menciptakan tekanan berlebih di tengkorak, hingga akhirnya membuat otak bengkak dan merusak sel serta jaringan otak.
Ada dua jenis stroke hemoragik, yakni intraserebral dan subarachnoid.
Stroke hemoragik intraserebral merupakan jenis stroke hemoragik yang paling umum, terjadi ketika jaringan di sekitar otak terisi dengan darah dari arteri yang pecah.
Stroke hemoragik subarachnoid tergolong jarang terjadi.
Kondisi ini menyebabkan perdarahan di daerah antara otak dan jaringan tertutup.
3. Transient Ischemic Attack (TIA)
Serangan iskemik sementara atau sering disebut TIA atau ministroke, terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat sementara.
Gejala TIA sama seperti stroke pada umumnya, tapi hanya bersifat sementara dan bisa kembali normal setelah beberapa menit hingga jam.
Seperti stroke iskemik, TIA juga disebabkan oleh gumpalan darah.
Ketika Anda atau kerabat ada yang pernah mengalami TIA, jadikanlah ini peringatan akan stroke di masa mendatang. Jadi jangan abaikan dan sepelekan TIA.
Menurut CDC, lebih dari sepertiga pasien stroke yang mengalami TIA akan mendapat serangan stroke besar hanya dalam jangka waktu setahun.
Sementara itu, 10 hingga 15 persen pasien TIA mengalami stroke besar dalam waktu hanya tiga bulan.
Berdasarkan faktor risiko, menurut dr. Gilbert, stroke terbagi dua bagian:
Pertama, adalah yang tidak dapat diubah
- Karena umur (diatas 55 tahun)
- Jenis kelamin (terutama pria)
- Ras tertentu dan Genetik dari riwayat keluarga