3. Perasaan cemas atau tertekan, hal ini bisa terjadi sebelum, selama, atau setelah paksaan, dan hanya dapat diatasi dengan menyerah pada perilaku kompulsif.
Pada beberapa orang, Autocannibalism juga dapat berkembang sebagai efek samping dari kondisi kesehatan mental tertentu.
Baca juga: 4 Cara Merawat Kuku di Rumah, Pakai Pelembab hingga Potong Kuku secara Rutin, Simak Penjelasannya
Penyebab Autocannibalism
Dikutip dari Boldsky, sebuah studi menunjukkan bahwa penyebab yang mendasarinya adalah sebagai berikut:
1. Usia: pada sebagian besar kasus, kondisi ini tampaknya berkembang di masa kanak-kanak.
2. Genetika: mungkin ada komponen yang diwariskan untuk perkembangan BFRB, yang dapat meningkatkan risiko pengembangan Autocannibalism.
3. Penyakit mental: pada beberapa kasus menunjukkan bahwa individu dengan riwayat psikosis dan penyalahgunaan zat dapat mengembangkan gangguan tersebut.
Apakah Autocannibalism bisa diobati?
Jika ada seseorang yang menunjukkan gejala di atas, Ada bisa membawanya ke dokter atau psikiater dan dapat memulai dengan memeriksa riwayat keluarga dan diagnosis psikosis pasien.
Pertama bisa lakukan Terapi Perilaku Kognitif (CBT) adalah jenis psikoterapi yang efektif untuk BFRB dan mungkin terbukti bermanfaat untuk kondisi tertentu seperti Autocannibalism.
Pasien juga membutuhkan obat yang dapat diberikan ketika Autocannibalism menyertai gangguan kejiwaan yang mendasari seperti kecemasan atau OCD.
Selain itu, beberapa juga memilih untuk melakukan terapi alternatif seperti mindfulness, terapi pijat, akupunktur, dll.
(Tribunnews.com/Latifah)