Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Asam lambung atau Gastroesophageal Reflux (GERD) sering melanda kaum urban.
Terutama bagi orang-orang beraktivitas pada jam terbang yang cukup tinggi.
Hidup diperkotaan terkadang memengaruhi gaya hidup yang tidak sehat. Kesibukan juga dapat membuat pola makan tidak teratur.
Baca juga: Kenali Gejala Kanker Lambung, Mirip Sakit Maag, Nyeri di Ulu Hati, Nafsu Makan Berkurang
Baca juga: Tanda-tanda Migrain akibat Stres dan Cara Mengatasinya
Namun tidak hanya gaya hidup dan pola makan sehat, stres pun disebut dapat memicu asam lambung kumat.
Beberapa masyarakat mempercayainya tapi tidak sedikit yang menganggap lebay alias berlebihan.
Tapi benarkah pikiran memengaruhi asam lambung naik? Ini penjelasan medisnya.
Tak disangka, ternyata banyak pikiran memang dapat memicu munculnya GERD.
Hal ini dibenarkan oleh dr. Hasan Maulahela, Sp. PD- KGEH dalam acara Sains Talk yang diadakan oleh Kompas.com.
Secara medis, faktor psikologis nyatanya sangat berhubungan pada naiknya asam lambung.
Baca juga: Penyakit Asam Lambung Dipicu Gaya Hidup Tidak Sehat
Baca juga: AWAS Jangan Tidur setelah Sahur, Bisa Komplikasi sampai Kematian bagi Penderita Asam Lambung / GERD
Faktor ini disebut dengan psikosomatik yaitu penyakit fisik disebabkan oleh kondisi mental.
Rasa cemas membuat tekanan sfingter esofagus bagian bawah berkurang. Padahal sfingter esofagus yang merupakan pita otot berfungsi menjaga perut tetap tertutup dan mencegah asam bocor ke kerongkongan.
Selain itu, , stres juga dapat membuat otot mengalami ketegangan otot yang cukup lama. Dampaknya adalah membuat organ tertekan dan menaikkan asam.
"Ada juga istilah panic attack atau serangan panik. Ini juga sangat berhubungan dengan munculnya GERD," kata dr. Hasan, Kamis (11/2/2021).
Kalau sudah begitu hal perlu dilakukan saat mengalami GERD adalah pastikan kondisi pikiran tenang. Jangan munculkan rasa cemas yang berlebihan.
Namun kalau memang amat diperlukan, tekanan emosi pada pasien harus diobati terlebih dahulu.
Jika penanganan GERD ke dokter, maka stress atau gangguan kecemasan bisa merujuk ke psikiater.