Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA- Sampai saat ini, penderita penyakit ginjal masih mengalami kesulitan melakukan tranplantasi, terutama mencari pendonornya.
Pasien harus bersusah payah mencari donor untuk transplantasi ginjal.
Jika tidak, mau tidak mau, pasien harus menjalani proses cuci darah secara berkala.
Tanpa harus tahu sampai kapan pencucian darah itu berlangsung.
Baca juga: Hari Ginjal Sedunia 2021, Pemerintah Diminta Bentuk Lembaga Donor Organ
Baca juga: Hari Ginjal Sedunia Momen Tepat Pemerintah dan Organisasi Pasien Saling BersinergI
Hal ini diungkapkan oleh Sekjen Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Petrus Hariyanto.
Ia mengatakan jika praktiknya pemerintah di Indonesia masih melempar proses transplantasi tersebut kepada pasien.
Akhirnya, penyintas yang kebingungan bisa memilih jalan yang kurang baik seperti jual beli organ ginjal.
Kegiatan ini pun marak terdengar dan kadang sering dijadikan candaan. Padahal jual beli organ tubuh termasuk ginjal bersifat ilegal atau dilarang.
Sebenarnya sudah ada regulasinya di Pasal 64 ayat 3 UU No. 36 tentang Kesehatan Tahun 2009 berbunyi ‘Organ atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun’.
Aturan ini pun diperkuat dengan Pasal 192 yang mengatur tentang ancaman pidana.
Isinya seperti ini , ‘Setiap orang yang artinya siapa saja yang dengan sengaja memperjualbelikan anggota tubuh dengan dalih apapun sebagaimana dimaksud Pasal 64 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar’.
Namun kadangkala ada pula orang-orang yang bermaksud melakukan donor.
Tapi bingung ingin dikomunikasikan dengan siapa.
Oleh karena itu, Petrus merasa untuk menyiasati hal ini diperlukan lembaga donor organ tubuh.
Terbentuknya lembaga donor ini diharapkan bisa membuat pasien bisa mendapatkan penanganan yang tepat.
Tanpa harus terlibat jual beli ilegal dan tentunya mempercepat proses penyembuhan.
"Para ahli menilai proses transplantasi ginjal sangat direkomendasikan sebagai terapi yang lebih baik. Pembiayaan pengobatan juga semakin efektif dan efisien," ungkap Petrus di Jakarta, Rabu (10/3/2021).