TRIBUNNEWS.COM - Untuk menciptakan generasi maju Indonesia, dibutuhkan gizi yang cukup untuk tumbuh kembang seorang anak.
Dalam tumbuh kembang anak, ada lima aspek yang harus diperhatikan.
Kelimanya yakni aspek tumbuh tinggi, berpikir cepat, percaya diri, bersosialisasi, dan tangguh.
Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi., psikolog anak dan keluarga, kelima aspek ini disebut sebagai 5 potensi prestasi.
Aspek tumbuh tinggi dan tangguh termasuk ke dalam aspek fisik-motorik, yang berkaitan dengan bagaimana si kecil bertumbuh, bertambah tinggi, dan fleksibel dalam bergerak.
Sementara itu, aspek berpikir cepat termasuk ke dalam ranah kognitif-bahasa.
Aspek kognitif-bahasa berkaitan dengan bagaimana si kecil berkonsentrasi, menangkap suatu informasi, mengingat dan relevansi dalam menjawab pertanyaan, dan berbahasa.
Selanjutnya, percaya diri, aktif bersosialisasi, dan tangguh termasuk ke dalam aspek sosioemosional.
Aspek sosioemosional berkaitan dengan bagaimana seorang anak mengenali emosinya dan mengendalikan diri, percaya pada diri sendiri, dan mampu bersosialisasi dengan baik kepada orang lain.
Menurut Anna, kelima aspek tersebut harus berkembang seoptimal mungkin.
"Supaya bisa optimal, ada dua hal yang dibutuhkan. Pertama, nutrisi yang lengkap, termasuk zat besi dan vitamin C," kata Anna dalam konferensi pers "Dukung Anak Generasi Maju Tumbuh Maksimal, Sarihusada Luncurkan SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC".
"Kedua, stimulasi yang tepat. Kalau kita bisa memberikan stimulasi yang tepat untuk si kecil, maka dia akan bisa bertumbuh dan berkembang dengan optimal," imbuhnya.
Zat Besi pada Anak Indonesia
Seperti yang disebutkan Anna, satu dari sekian zat gizi yang diperlukan dalam tumbuh kembang anak adalah zat besi.
Zat besi merupakan unsur dalam sel darah merah.
Apabila seorang anak kekurangan zat besi, maka sel darah merah yang diproduksi akan menjadi tidak sempurna.
Bahkan, sel darah merah yang diproduksi menjadi kecil dan pucat.
Lantas, apakah anak-anak di Indonesia telah telah tercukupi kebutuhan zat besinya?
Sayangnya, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, satu dari tiga anak balita di Indonesia kekurangan zat besi.
Hal itu disampaikan oleh Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGk, dokter spesialis gizi klinis sekaligus President Indonesian Nutrition Association (INA).
dr. Luciana mengatakan, terjadi perbaikan pemenuhan zat besi dari tahun 2007, 2013, hingga 2018.
Namun, kasus kekurangan zat besi semakin banyak ditemukan pada tahun 2018.
"Sebenarnya alangkah baiknya kita sekali-kali screening kadar hemoglobin anak, tapi bisa juga dikonsultasikan ke dokter yang menangani anak-anak. Sebagai orang tua, kita juga mesti mencermati," kata dr. Lusiana.
Hal senada juga dituturkan oleh Marketing Manager SGM Eksplor, Astrid Prasetyo.
Astrid mengakui bahwa kondisi tersebut mengkhawatirkan.
"Kalau anak tidak bisa maju, masa depan Indonesia juga mungkin akan terhambat," kata Astrid.
Dampak Anemia pada Anak
Kekurangan zat besi secara berkelanjutan akan menyebabkan anemia pada anak.
Anemia, yakni kekurangan darah, memang tidak selalu disebabkan oleh zat besi.
Namun, salah satu penyebab anemia adalah kekurangan zat besi.
Lantas, apa akibat yang terjadi jika si kecil menderita anemia?
Menurut dr. Lusiana, ada akibat jangka pendek dan jangka panjang yang akan dialami si kecil.
Dokter Spesialis Gizi Klinis di RS Mitra Keluarga Kemayoran itu mengatakan, perkembangan otak pada anak yang menderita anemia akan terhambat.
Selain itu, anak juga berisiko mengalami diare dan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
Si kecil akan menjadi sering batuk pilek.
Tak hanya itu, perkembangan motorik dan koordinasi anak akan terganggu, begitu pula dengan pola tidurnya.
"Jika akibat itu berkelanjutan dan kita tidak tahu, dan tidak diterapi, maka akan ada akibat jangka panjang," ucap dr. Lusiana.
Dosen di FK Universitas Krida Wacana tersebut melanjutkan, akibat jangka panjang dari anak yang mengalami anemia antara lain menurunnya kognitif dan performa edukasi, imunitas, kapasitas kerja, dan keterbatasan aktivitas fisik.
Senada dengan dr. Lusiana, Anna juga memaparkan dampak kekurangan zat besi terhadap lima aspek tumbuh kembang anak.
Pada dampak fisik-motorik, si kecil yang kekurangan zat besi akan memiliki berat badan dan tinggi yang kurang dari anak-anak seusianya.
Anak juga akan lebih mudah lelah, lemas, dan kualitas tidur berkurang.
"Lemas, lelah, sehingga tidak bisa seaktif teman-temannya saat bermain bersama. Ini akan menimbulkan masalah," ujar Anna.
"Kualitas tidur juga kurang. Anak-anak jadi rewel di malam hari, tidak nyaman, dan bisa berpengaruh pada tumbuh kembangnya secara umum, termasuk aspek-aspek kesehatan mental," imbuh Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia wilayah Jakarta tersebut.
Selain itu, pada dampak yang menimpa aspek kongitif-bahasa, sang anak akan sulit berkonsentrasi, memiliki daya tangkap rendah, mudah lupa, hingga prestasinya pun rendah.
Pada dampak sosioemosional, anak menjadi sulit mengendalikan emosi, mudah marah, minder, sulit bergaul, hingga dapat mengalami masalah kesehatan mental.
Makanan Sumber Zat Besi
Untuk menghindari anemia pada anak, orang tua perlu memberikan makanan kaya zat besi kepada sang buah hati.
Menurut dr. Lusiana, bahan makanan sumber zat besi antara lain:
1. Daging merah
2. Kerang-kerangan
3. Ikan
4. Hati
5. Sereal yang diperkaya zat besi
6. Kacang kedelai
7. Kacang-kacangan
8. Bayam
9. Biji wijen
10. Tahu
11. Kentang
12. Brokoli
13. Seledri
14. Telur
15. Jagung, dsb
"Konsumsilah makanan yang bervariasi dan jangan menghindari makanan-makanan yang sangat bermanfaat. Makanan harus lengkap dan kita harus tahu makanan yang mengandung zat besi, kita harus mengingatnya, dan memasukkannya dalam menu sehari-hari," terang dr. Lusiana.
Vitamin C Membantu Penyerapan Zat besi
Untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh sang buah hati, zat tersebut perlu diserap dengan baik.
Vitamin C berperan penting dalam mendukung penyerapan zat besi.
Beberapa bahan makanan yang mengandung sumber vitamin C antara lain:
1. Lemon
2. Nanas
3. Cabai merah
4. Stroberi
5. Kentang
6. Bayam
7. Cabai hijau
8. Brokoli
9. Pepaya
10. Kranberi, dan sebagainya.
"Makanlah makanan yang bervariasi, karena ada makanan-makanan yang saling mendukung, meskipun sekarang ini kita dipermudah dengan teknologi makanan yang diperkaya," ujar dr. Lusiana.
Menurut dr. Lusiana, makanan yang diperkaya dengan zat besi dan vitamin C antara lain MPASI dan susu.
Makanan tersebut sangat penting untuk balita dan anak.
Balita juga dianjurkan untuk mengkonsumsi sumplementasi zat besi.
"Makanan yang diperkaya zat besi dan vitamin C akan membantu kebutuhan zat besi dalam tubuh dan menurunkan risiko anemia. Makanan penting untuk membangun kesehatan anak-anak, karena nanti mereka akan menjadi generasi maju penerus bangsa," kata dosen di FK Universitas Diponegoro tersebut.
Solusi Pemenuhan Zat Besi dan Vitamin C untuk Anak
Sumber vitamin C dan zat besi banyak terkandung dalam buah-buahan dan sayuran.
Namun, banyak terjadi pula anak-anak yang enggan makan sayur.
Lantas, bagaimana solusi agar anak mau makan sayur, sehingga terpenuhi kebutuhan zat besi dan vitamin C-nya?
Alyssa Soebandono, selebriti yang merupakan ibu dari dua orang anak ini mengungkapkan, dirinya turut menghadapi si kecil yang susah makan.
Sang anak sulung, Rendra, merupakan tipe anak yang pemilih dalam hal makanan.
Oleh karena itu, orang tua perlu memutar otak agar makanan yang masuk ke dalam tubuh anak memiliki gizi yang lengkap, nutrisi yang cukup, dengan rasa yang enak bagi si kecil.
Istri Dude Harlino tersebut mengungkapkan, dirinya memberikan menu makanan yang bervariasi agar dua buah hatinya tidak bosan.
Apalagi, sang buah hati merupakan tipe anak yang susah makan apabila melihat sayur dalam piring makanannya.
"Solusinya, misal bikin nasi goreng bentuknya tidak hanya ditata di piring saja, tapi dibentuk bintang atau bola-bola nasi, di dalamnya diselipin telur, daging ayam, hati," jelas Alyssa.
"Sayurnya juga kalau tidak bisa berbentuk sayur secara utuh, diselipkan atau dicincang dulu dan diselipkan di dalamnya nasi, jadi anak tidak tahu di dalamnya ada sayur," tambahnya.
Cara kedua yaitu dengan tidak pernah lelah dalam belajar dari sekitar.
Misalnya, bertanya dari orang tua, anggota keluarga lain, hingga teman-teman yang telah memiliki anak.
Membaca informasi dari internet, termasuk media sosial, juga penting dilakukan.
Di zaman sekarang, internet telah memberikan informasi yang lengkap dan bisa disimpan, sehingga informasi tersebut bisa dibaca kapan saja dan di mana saja.
Alyssa merekomendasikan untuk mendapatkan informasi dari akun Instagram @akuanaksgm dan situs www.generasimaju.co.id.
"Ada kumpulan-kumpulan artikel dari para ahli yang bisa dipercaya untuk menjadi acuan dan wawasan sebagai orang tua tentang risiko kekurangan zat besi, apa saja lima potensi prestasi tumbuh kembang anak, apa yang harus dilakukan jika mempunyai anak yang picky eater. Tinggal dicari keyword-nya, semua muncul," ujarnya.
Mengenai hal ini, Astrid Prasetyo selaku Marketing Manager SGM Eksplor juga menyampaikan, PT Sarihusada Generasi Mahardika (Sarihusada) memiliki misi untuk memajukan semua anak Indonesia.
Caranya, yakni dengan memenuhi nutrisi dalam tubuh anak.
Dengan memberikan nutrisi yang lengkap, pertumbuhan sang buah hati akan dapat optimal.
"SGM Eksplor yang concern terhadap permasalahan tersebut ingin membantu berkontribusi supaya anak-anak Indonesia bisa semuanya sehat dan maju. Oleh sebab itu, SGM terus berinovasi dengan salah satunya memperkenalkan inovasi terbaru, yaitu SGM Eksplor Pro-gress Maxx dengan IronC," ungkapnya.
IronC adalah kombinasi zat besi dan vitamin C.
Kombinasi ini mengandung minyak ikan, omega 3 dan 6, IronC, protein tinggi, kalsium, vitamin D, serat pangan, vitamin C tinggi, dan zinc.
IronC memiliki formulasi yang sudah sesuai dengan rasio molar untuk memenuhi asupan zat besi si kecil.
Sebab, zat besi tidak hanya perlu dipenuhi oleh asupan nutrisi zat besinya sendiri.
Namun, jika vitamin C yang ada juga kurang, maka penyerapan zat besi pun jadi tidak optimal.
Oleh karena itu, kombinasi IronC dapat membantu mengatasinya.
"Diharapkan bisa membantu mencegah si kecil kekurangan zat besi dan nutrisi-nutrisi penting lainnya, seperti minyak ikan, omega 3, sehingga pertumbuhannya bisa optimal dan si kecil bisa memaksimalkan potensi prestasinya ke depan nanti," ujar Astrid.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)