Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terkait penggunaan Ivermectin sempat ramai diperbincangkan.
Sebab, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut banyak negara memakai Ivermectin dalam upaya penanganan pandemi covid-19.
"Saya kira sudah banyak negara menggunakan Ivermectin ini. India juga pada saat masa periode (penularan kasus) intensitas tinggi mereka gunakan Ivermectin. Hingga mereda, mereka mulai tidak menggunakan lagi," kata Kepala BPOM Penny Lukito melalui konferensi pers yang disiarkan di Youtube Badan POM RI, Senin (28/6/2021).
Menangapi hal itu, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr Ary Fahrial SpPD mengatakan jika BPOM memang sudah mengeluarkan izin edar untuk Ivermectin. Tapi untuk indikasi obat cacing.
Selain itu, Ary pun mengatakan jika kayaknya obat cacing, dosis yang dipakai adalah dosis tunggal, dimana hal tersebut bukan dikonsumsi setiap hari atau beberapa hari.
Baca juga: Layakkah Ivermectin untuk Terapi Covid-19, Ini Penjelasan Dokter Paru
"Umumnya adalah dengan dosis tunggal. Dan kalau kita lihat kerja obatnya sendiri pada cacing adalah membunuh secara langsung. Artinya dia bekerja secara lokal. Karena kita tahu cacing ini berada di saluran pencernaan," ungkapnya lewat video, dikutip oleh Tribunnews, Senin (26/6/2021).
Obat ini, kata Ary menjadi populer untuk Covid-19 karena memang ada penelitian terkait Ivermectin.
Namun, lanjut Ary, penelitian tersebut baru ditahap in vitro atau baru pada tingkat sel.
"Masih pra klinik, belum sampai uji klinik. Di situ memang disebutkan bahwa invermectin dapat menghambat kerja dari virus Covid-19 ini. Tapi sekali lagi, kalau masih in vitro dimana kita belum tahu berapa dosis yang tepat digunakan pada hewan atau pada manusia," katanya lagi.
Oleh karena itu, menurutnya, sampai saat ini obat tersebut masih disebut sebagai obat cacing.
Di sisi lain, masyarakat juga perlu tahu bahwa ada efek samping yang muncul pada pasien yang mengonsumsi obat ini.
Di antaranya pasien akan merasa mual, muntah, nyeri ulu hati, diare dan sakit kepala. Jika dikonsumsi dengan jumlah besar dalam jangka pendek akan berisiko kerusakan pada lever.
"Jadi saya menghimbau pada masyarakat untuk tidak terlalu terburu-buru dalam membeli obat ini. Apabila tujuannya untuk pencegahan atau mengobati Covid-19," ucapnya.
Namun, kalau masyarakat mengonsumsi obat cacing, maka kata Ary tidak akan menjadi masalah.
Hanya saja, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya apakah ada alergi terhadap obat. Serta antisipasi terhadap efek samping yang timbul dari obat tersebut.