TRIBUNNEWS.COM, JEMBER - Melonjaknya kasus Covid-19 di Tanah Air membuat daya tampung rumah sakit tak lagi sanggup menangani pasien baru yang terpapar.
Hal itu membuat banyak pasien baru Covid-19 menjalani isolasi mandiri atau isoman sembari melakukan pengobatan secara mandiri.
Namun tak sedikit mereka yang menjalani isolasi mandiri mengalami hal fatal, kematian.
Baca juga: Jangan Panik, Simak Panduan Cara Isolasi Mandiri (Isoman) di Rumah
Kasus kematian pasien positif Covid-19 ketika menjalani isolasi mandiri semacam ini juga terjadi di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Peristiwa terakhir terjadi pada anggota DPRD Jember periode 2004 - 2009 Sanusi Muhtar Fadilah, Minggu (18/7/2021).
Sanusi ditemukan meninggal dunia di kamar rumahnya di Dusun Damsaola, Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang.
Ketika itu Sanusi sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) setelah pada 10 Juli diketahui positif Covid dari hasil swab test.
Sebelumnya dari informasi yang dihimpun Surya.co.id (Tribun Network), juga ada kasus warga yang meninggal saat isoman di Kelurahan/Kecamatan Sumbersari pada 12 Juli lalu.
Anggota DPRD Jember dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ahmad Faeshol membenarkan Sanusi meninggal ketika menjalani isolasi di rumahnya.
"Memang sedang isolasi mandiri. Meninggal itu sudah isolasi lama, dua hari sebelum meninggal padahal seharusnya isolasi selama 14 hari," ujar Faeshol.
Baca juga: Istri Meninggal Setelah Rawat Suami yang Isolasi Mandiri
Sebelumnya pada 12 Juli, istri Sanusi juga meninggal di rumah sakit. Karena sedang menjalani isolasi, Sanusi tidak bisa mengantar sang istri dikebumikan.
Meninggalnya Sanusi diketahui oleh warga sekitar yang secara swadaya mengantarkan makanan ke rumah Sanusi.
Pagi hari warga mengantarkan makanan ke rumah Sanusi, namun ketika warga meneleponnya, tidak ada yang mengangkat telepon.
Siangnya, warga kembali mengantarkan makan siang dan juga menelepon Sanusi yang kembali tidak diangkat.
Karena curiga, warga memutuskan mendobrak pintu rumah tersebut dan menemukan Sanusi sudah meninggal dalam keadaan seperti tidur.
Baca juga: Kumpulan Berita Mengenai Isolasi Mandiri
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jember, dr Alfi Yudisianto mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika warga sedang menjalani isolasi mandiri.
"Kejujuran kondisi pasien, ada pengawasan (komunikasi) dokter, juga memiliki oxymeter," ujar Alfi, Selasa (20/7/2021).
Apa itu oxymeter?
Oxymeter adalah alat kecil yang dijepitkan dijari. Fungsinya mengukur saturasi oksigen.
Baca: Oxymeter dan Cara Menggunakannya
Saturasi oksigen adalah kandungan oksigen dalam darah.
Penjelasan tentang saturasi oksigen bisa diakses di berita ini.
Alfi menuturkan, salah satu hal penting ketika warga isolasi mandiri adalah jujur dengan kondisi diri sendiri.
Ini karena dalam kasus konfirmasi positif Covid-19 ada yang masuk kategori ringan, sedang, dan berat.
Orang yang terpapar berciri batuk, demam, juga anosmia masih masuk kategori ringan. "Namun jika sudah ada sesak, itu masuk kategori sedang, dan seharusnya membutuhkan fasilitas kesehatan," lanjutnya.
Anosmia adalah hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan indera penciuman.
Dokter Alfi menyarankan, kepada orang yang merawat, baik tetangga maupun dokter yang memberikan konsultasi dari jauh, pasien harus jujur dengan kondisinya.
Katakan jujur apa gejala yang dialami.
Kedua, kata Alfi, harus ada pendampingan dari dokter.
Saat ini kasus positif Covid-19 semakin banyak, maka layanan pendampingan dokter dilakukan dari jarak jauh. Warga bisa memanfaatkan layanan ini.
Di Kabupaten Jember, lanjutnya, layanan pendampingan dan konsultasi jarak jauh ini sudah ada.
Pasien isolasi mandiri bisa memilih dokter yang dipercayanya untuk membuat komunikasi nyaman.
Pasien isolasi mandiri, imbuhnya, juga harus melapor ke RT untuk selanjutnya supaya dilaporkan ke tenaga kesehatan wilayah, seperti Puskesmas.
Jika ada pelaporan, nantinya petugas dari Puskesmas bisa melakukan pendampingan, atau kunjungan untuk mengecek kondisi warga yang isolasi.
"Kemudian punya oxymeter. Usahakan punya alat ini. Karena ini bisa mendeteksi awal saturasi oksigen. Khawatir terjadi kasus happy hypoxia," ujarnya.
Orang yang terserang ini tidak ada merasa sesak nafas, namun ketika dicek oksigen dalam darahnya sudah di bawah kadar normal (minimal 95 persen).
"Baru terasa ketika berjalan atau beraktivitas ngos-ngosan (terengah)," lanjutnya.
Alfi menambahkan, akanlebih bagus lagi,sebelum seseorang memutuskan isoman, selain mengantongi hasil tes usap (swab), sebaiknya juga melakukan rontgen thorax.
"Lebih bagus melakukan foto thorax juga, sehingga lebih paham apa yang sebaiknya dilakukan," tegas Alfi.
Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh warga itu adalah memantau gejala klinis di tubuhnya, seperti batuk, demam, mual, kondisi indra penciuman/perasa, juga kondisi nafas.
Ketika warga positif terpapar Covid-19 yang memutuskan isoman, namun memperhatikan sejumlah hal penting di atas, Alfi berharap, tidak ada kasus fatal menimpa warga yang sedang isoman.
Baca Juga: Cara Isolasi Mandiri Menurut Kemenkes
Sebagian artikel ini tayang di Surya.co.id dengan judul Hindari Kejadian Fatal Saat Isolasi Mandiri, IDI Jember Berikan Beberapa Saran Penting
Penulis: Sri Wahyunik