News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Hasil Studi: 5 Gejala Paling Umum Seseorang Terinfeksi Covid-19 Varian Delta meski Sudah Divaksin

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus Covid-19. Sebuah penelitian menemukan 5 gejala paling umum pada seseorang yang terinfeksi Covid-19 varian Delta setelah divaksinasi.

TRIBUNNEWS.COM - Covid-19 varian Delta menjadi salah satu hambatan terberat yang dihadapi selama pandemi COVID-19.

Varian yang sangat menular ini telah menyebar dengan cepat di antara yang orang yang belum divaksin.

Namun varian Delta bisa saja menginfeksi orang yang sudah divaksin dua kali, mengutip Best Life.

Kini, sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Infectious Diseases menjelaskan beberapa temuan mengenai varian ini.

Temuan itu termasuk gejala tertentu yang harus diperhatikan oleh orang yang sudah divaksinasi, yang mungkin bisa menjadi tanda bahwa ia terkena varian Delta.

Studi besar menganalisis data yang dikumpulkan menggunakan aplikasi Zoe COVID Study antara 8 Desember 2020 hingga 4 Juli 2021.

Baca juga: Australia Datangkan Stok Vaksin Pfizer dari Inggris Akibat Ganasnya Varian Delta

Baca juga: Varian N501S yang Baru Masuk Jepang Tidak Kalah Bahaya Dengan Varian Delta

Covid-19 Varian Delta (aviano.tricare.mil)

Ada 1.240.009 pengguna yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin dan 971.504 yang mendapatkan vaksin penuh atau dua kali suntikan.

Para peneliti menemukan bahwa vaksinasi dikaitkan dengan pelaporan gejala yang lebih rendah untuk hampir semua gejala di semua kelompok umur.

Hanya sebagian kecil responden yang divaksinasi lengkap melaporkan infeksi simtomatik (bergejala).

Dari 906 pasien yang termasuk dalam kelompok infeksi simtomatik tersebut, 39 persen melaporkan bersin sebagai gejala, 41,6 persen melaporkan sakit kepala, 43 persen pilek, 43,7 persen mengalami kelelahan, dan 61,9 persen mengalami demam.

Meskipun sebagian kecil responden menunjukkan tanda-tanda penyakit, penelitian ini menambah banyak bukti bahwa vaksin sangat efektif melawan penyakit terobosan.

Hanya 0,5 persen dari pasien yang divaksinasi satu kali dan 0,2 persen pasien yang divaksinasi penuh dalam penelitian ini dinyatakan positif Covid-19.

Penelitian ini juga menemukan bahwa infeksi lebih mungkin muncul tanpa gejala pada mereka yang sudah divaksinasi penuh.

Selain itu, mereka yang telah menerima kedua suntikan vaksin juga hanya memiliki setengah kemungkinan untuk memiliki gejala berkepanjangan yang dikenal sebagai Long-Covid.

Para peneliti juga menemukan hubungan antara kelompok usia tertentu dan kemungkinan infeksi terobosan, atau infeksi yang terjadi pada orang yang sudah divaksin.

Hasil menunjukkan bahwa manula yang lemah dan berusia 60 tahun atau lebih tua, dapat dua kali lebih mungkin untuk tertular virus setelah satu dosis, dibandingkan dengan orang dewasa yang sehat.

Menurut Claire Steves, MD, peneliti utama studi tersebut, temuan tersebut sekaligus mendukung wacana suntikan dosis tambahan untuk diberikan pada kelompok yang rentan.

"Dalam hal gejala Long Covid, ini adalah kabar baik bahwa penelitian kami telah menemukan bahwa vaksinasi ganda secara signifikan mengurangi risiko tertular virus dan bahkan gejala jangka panjang," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Namun, di antara kami yang lemah, orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang tinggal di daerah kekurangan, risikonya masih signifikan, dan mereka harus segera diprioritaskan untuk vaksinasi kedua dan booster."

Meski begitu, penulis penelitian mencatat beberapa keterbatasan dengan penelitian ini, di antaranya periode data yang panjang di mana terjadi tumpang tindih waktu antara saat varian Alpha diambil alih oleh varian Delta sebagai strain dominan di Inggris.

Semua kasus juga dilaporkan sendiri oleh pengguna ke aplikasi (bukan oleh dokter), artinya metrik tertentu pada gejala bisa jadi tidak akurat.

Tetapi mereka juga mencatat implikasi besar dari temuan mereka dalam menekankan pentingnya mendapatkan vaksinasi penuh.

"Vaksinasi secara besar-besaran mengurangi kemungkinan orang terkena COVID dalam dua cara," ungkap Tim Spector, MB, seorang profesor genetika dari King's College London dan peneliti utama ZOE COVID Study, dalam sebuah pernyataan.

"Pertama, dengan mengurangi risiko gejala apa pun hingga 8-10 kali lipat dan kemudian dengan mengurangi separuh kemungkinan infeksi berujung menjadi Long-Covid jika itu terjadi."

"Berapa pun durasi gejalanya, kami melihat bahwa infeksi setelah dua vaksinasi terjadi jauh lebih ringan, jadi vaksin benar-benar mengubah penyakit dan menjadi lebih baik."

"Kami mendorong orang-orang untuk mendapatkan suntikan kedua mereka sesegera mungkin."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Berita lainnya seputar Covid-19 Varian Delta

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini