News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketahui Bahaya Diet Defisit Kalori Ekstrem, Apalagi Tanpa Pengawasan Dokter

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini sebagian orang mulai peduli untuk hidup sehat. Begitu pula dengan menjaga berat badan.

Kini masyarakat mulai sadar jika kegemukan atau obesitas bukanlah sehat, tapi biang penyakit yang mengintai. 

Saat terinfeksi virus, maka dampaknya dapat berlipat. Oleh karena itu, berbagai cara pun dilakukan untuk menurunkan berat badan. Salah satunya dengan dengan defisit kalori. 

Defisit kalori merupakan suatu tindakan mengurangi kalori yang masuk. Tentu saja tujuannya, yakni menurunkan berat badan. 

Namun, ada yang melakukan defisit kalori secara ekstrim. Menurut dokter spesialis gizi, dr Eka Maya Sari M Gz Sp GK, menerapkan defisit kalori ekstrim, memang salah satu metode diet.

Baca juga: Makan Banyak Kalori Tapi Tidak Bikin Gemuk, Bagaimana Caranya?

Baca juga: 10 Tips Menurunkan Berat Badan: Menghitung Kalori hingga Konsumsi Telur untuk Sarapan

"Ada orang pengin efek cepat, sehingga adaptasi defisit kalori ekstrem very low calori diet. Yaitu sekitar 450 - 800 kalori sehari. Ini sangat defisit. Karena kebutuhan dasar di atas 1000 kalori orang dewasa normal," ungkapnya pada kanal YouTube Halo Awal Bros, dikutip Rabu (22/9/2021).

Ilustrasi timbangan berat badan (NET)

Bahkan, jika hanya duduk, tiduran, narik napas, minimal sekitar 1200 kalori yang dibutuhkan. Tergantung berat, tinggi badan dan jenis kelamin. 

Metode ini menurut dr Eka sebenarnya bisa dilakukan. Tetapi hanya pada orang tertentu saja, serta dalam jangka waktu singkat, dan pengawasan ketat. Tidak bisa dilakukan sembarang orang.

Baca juga: Kurangi Kalori Saat Konsumsi Karbohidrat dengan Mengurangi Seperempat Makanan dari Porsi

"Tanpa ada pengawasan dari dokter bisa berbahaya. Paling pendek dua minggu dan paling panjang 12 minggu," katanya lagi. 

Menurut dr Eka, mereka yang melakukan defisit kalori sendiri dapat membahayakan tubuh mereka. 

"Banyak penelitian yang menyatakan defisit kalori bisa membuat aritmia jantung. Defisit kalori membuat tubuh kekurangan mineral dan magnesium. Ini berimplikasi ke irama jantung," katanya lagi. 

Selain itu dr Eka menyebutkan bahaya lain dari defisit kalori adalah adanya mobilisasi lemak yang ekstrem.

Akibatnya, lemak dapat menumpuk di berbagai organ akibat defisit kalori ekstrem ini.

"Salah satunya di otot jantung. Kalau menempel, dapat menyebabkan kaku. Akibatnya sulit memompa darah. Kerja nya gak bagus. Kemudian protein pun dibongkar dan menyebabkan ototnya bisa jadi kecil dan habis," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini