Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Gangguan makan anak yaitu small eater banyak ditemui pada masyarakat. Umumnya orangtua tidak menyadari anak mengalami small eater.
Ini dikarenakan anak masih terlihat sehat dan anak beraktivitas. Kondisi ini pula membuat orangtua kurang waspada dan tidak datang ke rumah sakit. Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis anak, dr Yuliati Sp A.
"Tapi sayangnya jika terus berlanjut, selain tidak punya keterampilan makan yang cukup, asupan gizi anak bisa berkurang," ungkapnya pada kanal YouTube Halo Awal Bros, dikutip Selasa (5/10/2021).
Namun nyatanya mengatasi permasalahan small eater bukan sesuatu yang mudah. Banyak hal yang perlu diubah.
Baca juga: 5 Zodiak yang Selalu Bersikap Positif: Aries Tidak Percaya Kegagalan, Libra Selalu Berperilaku Baik
Pertama yaitu perilaku makan anak.
Harus dilihat apakah orangtua sudah memberlakukan perilaku makan atau pemberian makan yang benar pada anak.
Kedua, konsep makan harus terjadwal. Orangtua kerap kali mencoba cara praktis tanpa analisis dengan harapan nutrisi anak tercukupi.
"Ketika anak makan nasi sedikit, orangtua ingin nutrisi anak cukup, maka diambil jalan pintas yaitu kasih camilan. Satu jam lagi ga respon ke makanan nasi, utama dikasih camilan lagi, " katanya lagi.
Menurut dr Yuara, cara seperti ini kurang tepat, oleh karena itu perlu diperbaiki aturan makan pada anak. Pada dasarnya, anak diarahkan untuk tiga kali makan utama dan dua kali camilan.
"Di luar hal itu, hanya air putih. Jaraknya dua jam. Harapannya, dua jam itu menjadi masa pengosongan lambung. Ketika lambung kosong, maka akan lapar. Itu dulu dibikin, lapar kenyang dirasain si anak," paparnya lagi.
Baca juga: Penyesuaian Ketentuan PPKM, Gerai Makanan dan Minuman di Bioskop Sekarang Boleh Buka
Ketiga, lingkungan sekitar harus memberikan support pada sang anak saat makan. Jangan biarkan anak terdistraksi faktor internal seperti televisi gawai dan sebagainya.
Hal ini dikarenakan pada usia umur 6 bulan, anak belum punya kemampuan membagi konsetrasi seimbang. Sehingga anak akan memilih salah satu yang menarik.
Selain itu, orangtua harus mengajarkan anak jika makan adalah sesuatu yang menyenangkan. Jangan paksa anak kalau sudah makan lebih dari 30 menit.
"Hasil penelitian anak lapar saat 15 menit di awal, kalau lapar dia selesai. Seandainya 15 menit setelah itu dia gak makan dan malah main, langsung stop saja. Berarti dia udah tidak mau makan. Gak usah khawatir, ada jadwal selanjutnya," pungkasnya.
Dr Yuliati mengatakan jangan memaksa untuk makan karena dikhawatirkan, kedepannya anak merasa tertekan dan stres saat akan diminta untuk makan.
Orangtua harus mengenalkan makanan adalah sesuatu yang menyenangkan.