News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nyeri Akibat Kelainan Saraf Trigeminal Neuralgia, Ketahui Penyebab dan Metode Penyembuhannya

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Trigeminal neuralgia merupakan kelainan saraf yang menyebabkan nyeri wajah sebelah yang tidak tertahankan.

Saking nyerinya, seringkali muncul dorongan untuk bunuh diri pada para penderitanya. Tak heran, penyakit ini dijuluki sebagai suicide disease (penyakit bunuh diri).

Tidak ada kata yang mampu menggambarkan nyeri trigeminal neuralgia.

Banyak yang menderita rasa tertusuk jarum pada wajahnya, tak sedikit pula yang merasakan sengatan listrik, dan ada pula yang merasakan kesemutan yang tak tertahankan pada pada satu sisi wajahnya.

Trigeminal neuralgia pertama kali ditemukan oleh John Fothergill dua setengah abad yang lalu, pada tahun 1773, dan oleh karenanya dikenal dengan Fothergill’s disease.

Oleh karena begitu mendadaknya serangan yang ditimbulkan, dokter saraf dari Prancis, Nicolas Andre (abad ke 17), menamai penyakit ini sebagai tic douloureux, yang dalam bahasa Prancis berarti kejutan menyakitkan.

Baca juga: Solusi Terkini Atasi Saraf Terjepit Tanpa Lakukan Operasi

Baca juga: Ketahui Aktivitas Berisiko Alami Saraf Kejepit dan Cara Penanganannya

Organisasi kesehatan yang mendalami nyeri, International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan trigeminal neuralgia sebagai nyeri yang tiba-tiba, biasanya unilateral (sebelah wajah), tajam, hebat, singkat, dan berulang dengan distribusi pada satu atau lebih cabang dari saraf trigeminal (saraf kranial kelima).

Sedangkan, menurut International Headache Society (IHS), trigeminal neuralgia adalah nyeri wajah yang tajam, seperti tersengat listrik, terbatas pada satu atau lebih cabang saraf trigeminal.

Saraf trigeminal sendiri adalah saraf kelima pada otak yang menghantarkan sensasi dari wajah dan rongga mulut serta memiliki 3 cabang yaitu Oftalmikus, mempersarafi area mata, dahi hingga kepala atas

Kemudian Maksilaris, mempersarafi area pipi, kelopak mata bawah, bibir atas, hidung, geligi rahang atas, langit-langit rongga mulut, nasofaring dan Mandibularis, mempersarafi otot-otot untuk mengunyah dan daerah kulit rahang bawah.

“Nyeri ini memiliki tanda khas yakni hanya terjadi pada salah satu sisi wajah saja dan area yang terserang nyeri sesuai dengan 1 atau lebih cabang saraf trigeminal,” jelas dr. Mustaqim Prasetya, SpBS dalam acara webinar media online yang bertepatan dengan momen ‘International Trigeminal Neuralgia Awareness Day’ yang jatuh setiap tanggal 7 Oktober setiap tahunnya.

Nyeri biasanya hanya muncul pada salah satu bagian wajah, kiri atau kanan dan bisa muncul dalam hitungan detik sampai menit.

Akan tetapi, pada beberapa kasus nyeri dapat berlangsung hingga lebih dari 15 menit, bahkan dirasakan terus menerus.

“Rasa nyerinya hilang timbul. Bagian pipi, rahang, gigi, gusi, dan bibir paling sering kena serangan.

Hal inilah yang kemudian membuat penderita trigeminal neuralgia menyangka mereka mengalami sakit gigi dan tak jarang berobat ke dokter gigi.

Baca juga: Usia Muda Bukan Jaminan Bebas Stroke, Ini yang Perlu Diwaspadai Menurut Dokter Spesialis Saraf

Tak sedikit yang giginya sudah melalui perawatan bahkan ada yang dicabut beberapa buah tapi tetap saja serangan nyeri masih dirasakan.”

Saraf trigeminal atau saraf otak kelima ini bersinggungan atau menempel secara tidak sengaja dengan pembuluh darah. Karena pembuluh darah ini selalu berdenyut, otomatis saraf akan selalu tertekan dan ini yang menjadi sumber nyeri.

“Akibat gesekan tersebut dapat merusak lapisan myelin atau lapisan pelindung saraf sehingga memicu munculnya cetusan listrik tiba-tiba yang terasa seperti tertusuk, tersayat, terbakar atau kesetrum, dan seolah-olah nyerinya berasal dari gigi atau kulit wajah, padahal bukan itu sumber masalahnya,” papar dokter spesialis bedah saraf yang akrab dipanggil dr. Tyo ini nya lebih lanjut.

Nyeri tajam ini bisa muncul kapan saja dan bahkan dapat dipicu oleh aktivitas harian yang seharusnya tidak menyebabkan nyeri, seperti mengunyah, minum, berbicara, tertawa/tersenyum, menggosok gigi, mencuci muka, menyentuh wajah, memakai make-up, terkena angin sepoi-sepoi, bahkan sekadar terkena hawa dingin atau udara AC.

Penyebab munculnya serangan nyeri ini ada dua, yaitu primer dan sekunder.

Dikatakan sebagai trigeminal neuralgia primer bila tekanan terhadap saraf trigeminal disebabkan oleh pembuluh darah (sindrom kompresi neurovaskular).

Namun bila terdapat tumor, kelainan pembuluh darah, perlengketan, dan kelainan autoimun yang mencederai saraf trigeminal, maka dikatakan sebagai trigeminal neuralgia sekunder.

Nyeri wajah tidak melulu hanya disebabkan trigeminal neuralgia.

Migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala kluster, glaukoma, sinusitis, temporomandibular joint pain (TMJ), dan masalah gusi juga bisa menyebabkan nyeri pada wajah.

Walaupun kecurigaan nyeri wajah akibat trigeminal neuralgia berdasarkan riwayat penyakit pasien, untuk memastikannya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang radiologi, yaitu MRI, guna memastikan diagnosis dan menyingkirkan penyakit lain yang bukan trigeminal neuralgia.

Banyak penderita nyeri wajah trigeminal neuralgia berada pada usia produktif. Serangan nyeri berat berulangkali bukan saja mengakibatkan penderitaan tetapi mengganggu produktivitas kerja karena penderita tak mampu melakukan apa-apa selain menahan nyeri.

Kurangnya dukungan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga, karena memang penderita trigeminal neuralgia terlihat sehat secara fisik membuat mereka merasa kesepian, depresi dan putus asa.

Nyeri hebat yang muncul saat membasuh muka, terkena dingin atau hangat, menggosok gigi membuat penderita kadang tidak menghiraukan higienitas pribadi berhari-hari.

Pengobatan atau penanganan trigeminal neuralgia biasanya dilakukan secara bertahap. Langkah pertama adalah dengan pemberian obat antiepilepsi.

Bila nyeri masih ada dan tidak ada perbaikan, maka akan dipertimbangkan untuk meningkatkan dosis atau mengombinasikan obat.

Bila hal-hal tersebut tak kunjung meringankan nyeri, maka dokter akan menganjurkan tindakan bedah mikro, yang dinamakan MVD (MicroVascular Decompression).

“Di RS PON, operasi bedah mikro akan dilakukan secara bekerjasama tim dokter bedah saraf dan dokter spesialis saraf, guna mencapai hasil yang maksimal dan dengan menekan risiko seminimal mungkin.

Untuk meminimalkan risiko komplikasi, maka selama tindakan MVD berlangsung akan dilakukan monitoring ketat fungsi saraf dengan menggunakan alat IOM atau intraoperative monitoring untuk memantau saraf-saraf lain yang berdekatan dengan lokasi operasi.

Jadi tindakan operasi MVD sejauh ini risiko sangat minimal dengan hasil yang memuaskan. Data internal kami menunjukkan angka bebas nyerinya bisa mencapai 90%,” papar dr. Mustaqim Prasetya, SpBS lebih lanjut.

Dokter Mustaqim menegaskan, nyeri trigeminal neuralgia dapat disembuhkan dengan metode yang tepat, yang dapat mengatasi sumber penyebab nyeri tersebut.

"Selanjutnya pasien bisa hidup bebas nyeri tanpa perlu mengonsumsi obat,” katanya.

MVD ini merupakan pilihan pengobatan utama dan tidak ada pantangan usia atau tidak ada batasan usia, selama kondisi kesehatan memungkinkan dilakukan tindakan pembedahan.

“Pasien tertua yang pernah kami tangani dengan MVD berusia 85 tahun dan beliau sangat bersyukur karena nyeri trigeminal neuralgia yang beliau alami dapat teratasi,” katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini