"Biasanya ini terjadi karena adanya defisiensi zat gizi seperti defisiensi vitamin D atau rickets. Selain itu juga dapat disebabkan oleh gangguan hormonal, seperti hiperparatiroid," jelas dr. Faisal.
Selanjutnya, kelainan berupa kaki O jenis tibia vara yang disebabkan oleh blount disease.
Ada pula bone defect, yakni hilangnya sebagian segmen tulang karena infeksi, tumor, maupun patah tulang yang berat.
dr. Faisal menambahkan, jenis kelainan lainnya adalah Pseudoarthrosis, baik yang berasal dari bawaan lahir atau setelah cedera yang menyebabkan patah tulang dan tulang menjadi sulit untuk tersambung.
"Ada juga malunion fracture, yaitu kelainan bentuk tulang akibat penyambungan patah tulang yang tidak sesuai, sehingga berbentuk bengkok, memutar, ataupun menjadi lebih pendek," papar dr. Faisal.
Sementara masalah yang paling sering dialami oleh pasien, kata dia, adalah leg length discrepancy atau kedua tungkai kaki yang tidak sama panjang.
"Kelainan ini biasanya disebabkan oleh cedera dan patah tulang yang sembuh ataupun tidak sembuh, dan setelah itu menjadi pendek. Kelainan ini bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan," tutur dr. Faisal.
Kelainan lainnya adalah penambahan tinggi badan (stature lengthening) dengan melakukan pemanjangan tulang tungkai bawah.
Terkait sederet kondisi kelainan tulang ini, ia pun menyarankan untuk dilakukan tindakan pengkoreksian pada tulang penderita.
"Tindakan pengkoreksian tulang biasanya dilakukan akibat adanya kelainan tulang, khususnya di sekitar tungkai kaki dan lengan," pungkas dr. Faisal.