News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Benarkah Ginjal Babi Dapat Membantu Menyelamatkan Nyawa Manusia? Ahli Bedah di NYU Beri Penjelasan

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Dokter di NYU Langone Health telah berhasil menyelesaikan transplantasi ginjal non-manusia pertama ke tubuh manusia pada bulan lalu.

Menurut pernyataan baru-baru ini, prosedur yang dikenal sebagai 'xenotransplantasi' ini menggunakan ginjal yang diperoleh dari babi hasil rekayasa genetika yang dipasang pada pasien yang menggunakan ventilator.

Tidak ada tanda penolakan

Profesor Bedah dan Ketua Departemen Bedah di NYU Langone, Robert Montgomery, serta Direktur Institut Transplantasi Langone NYU, Leon Pachter pun memimpin tim bedah selama 2 jam operasi.

Selama periode transplantasi dan pengamatan, para peneliti tidak mendeteksi tanda-tanda penolakan kekebalan pada tubuh pasien.

Ini menandai sisi positif dalam penggunaan organ hewan untuk membantu pasien manusia.

"Penelitian ini memberikan harapan baru untuk pasokan organ yang tidak terbatas, pengubah permainan potensial untuk bidang transplantasi dan orang-orang yang kini sekarat karena kekurangan organ," kata Montgomery dalam sebuah pernyataan.

Kebutuhan 'signifikan' terkait organ

Dikutip dari laman Healthline, Kamis (28/10/2021), menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), pada hari tertentu, ada sekitar 75.000 orang yang menunggu untuk mendapatkan organ.

Namun, hanya sekitar 8.000 donor organ dari mereka yang telah meninggal yang tersedia setiap tahunnya.

Baca juga: Ahli Bedah AS Berhasil Menguji Transplantasi Ginjal Babi ke Manusia

Seperti yang disampaikan Wakil Ketua Operasi dan Direktur Pusat Transplantasi di Northwell Health di Manhasset, New York, Lewis Teperman.

"Kebutuhan organ sangat mengerikan di Amerika Serikat," kata Teperman.

Angka Administrasi Sumber Daya dan Layanan Kesehatan (HRSA) di AS menunjukkan bahwa setiap 9 menit, seseorang ditambahkan ke dalam daftar tunggu transplantasi, dan 17 orang meninggal setiap hari karena menunggu donor organ.

Bukan ide baru

Eksperimen dengan menggunakan organ hewan untuk membantu menyembuhkan orang, memiliki sejarah yang sangat panjang, dimulai dengan transfusi darah dari hewan yang berbeda ke manusia di abad ke-17 serta upaya menggunakan kulit katak untuk cangkok kulit pada abad ke-19.

Seekor babi pun digunakan untuk transplantasi kornea pertama pada 1838.

Pada 1960-an, dokter menggunakan organ simpanse atau babon untuk menggantikan ginjal manusia.

Namun, tidak satupun dari prosedur eksperimental ini yang menghasilkan kesuksesan jangka panjang.

"Terlepas dari kesamaan organ primata dan babi dengan manusia, perbedaan genetik secara konsisten menyebabkan penolakan organ langsung oleh sistem kekebalan manusia dalam percobaan transplantasi sebelumnya," kata Nephrologist di Lennox Hill Hospital New York, Valerie Barta.

Modifikasi genetik membuka kemungkinan baru

Menurut NYU Langone, dokter menggunakan ginjal babi yang diproduksi oleh perusahaan obat regeneratif, Revivicor.

Gen manusia kemudian ditambahkan ke babi untuk menghasilkan protein yang disebut CD46 yang memoderasi aksi sistem kekebalan.

Selain itu, gen yang menghasilkan gula yang disebut alpha-gal pun 'dilumpuhkan' pada babi pendonor.

Perlu diketahui, alpha-gal diyakini menjadi penyebab penolakan cepat organ babi pada tubuh manusia.

"Transplantasi babi terbaru telah diubah secara genetik untuk mencoba mengelabui sistem kekebalan agar mempertimbangkan cangkok pada manusia. Jika tidak ada modifikasi cangkok, penolakan hiperakut dengan kehilangan cangkok mungkin akan segera terjadi," kata Teperman.

Dikenal sebagai babi 'GalSafe', babi hasil rekayasa genetika ini telah disetujui oleh FDA pada Desember 2020 sebagai sumber potensial untuk terapi manusia.

Langkah penting

Peneliti menempelkan ginjal ke pembuluh darah di kaki bagian atas, di luar perut, dan menutupi organ dengan perisai pelindung selama periode 54 jam penelitian.

Mereka kemudian mengamati bahwa indikator kunci dari ginjal yang berfungsi dengan baik berada pada level normal dan setara dengan transplantasi ginjal manusia.

"Saya pikir ini adalah langkah lain dalam langkah panjang untuk mencapai tujuan akhir xenotransplantasi," jelas Teperman.

Ia kemudian menambahkan bahwa meskipun penolakan tidak terjadi, risiko terjadinya infeksi masih belum diketahui.

"Data jangka panjang pada akhirnya akan tersedia," papar Teperman.

Sementara itu menurut Barta, dibutuhkan beberapa tahun untuk melakukan lebih banyak penelitian, eksperimen, kemudian uji klinis, sebelum dapat mengandalkan ginjal babi untuk mengatasi kekurangan organ.

"Sampai di sini, salah satu cara penting yang bisa kita semua bantu adalah dengan mendaftar sebagai donor organ," kata Barta.

Ahli bedah AS memang telah berhasil mentransplantasikan ginjal babi ke manusia dalam sebuah terobosan yang pada akhirnya dapat membantu kekurangan donor organ.

Namun para ahli mengatakan lebih banyak penelitian diperlukan sebelum pencapaian ini dapat membantu memecahkan kekurangan organ yang sedang terjadi.

Mereka menambahkan bahwa sebelum hal itu tercapai, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan mendaftar sebagai donor organ.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini