Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gangguan prostat menjadi satu penyakit yang sering dikeluhkan oleh para pria.
Umumnya, penyakit prostat dialami oleh pria yang berusia 50 hingga 60 tahun ke atas.
Jika terus dibiarkan, gangguan prostat dapat bermutasi hingga berubah menjadi kanker prostat.
Di sisi lain, banyak isu yang mengatakan kalau kanker prostat disebabkan minimnya frekuensi berhubungan seksual.
Nyatanya isu tersebut tidak sepenuhnya salah.
Hal ini dijelaskan oleh dokter pengasuh rubrik Konsultasi Kesehatan di Kanal Kesehatan Tribunnews.com, dr Binsar Martin Sinaga FIAS.
Saat laki-laki bermasalah dengan testosteron, maka keinginan untuk melakukan hubungan seksual pun menghilang.
Akibatnya, frekuensi ejakulasi berkurang pun berkurang. Nantinya cairan ejakulatif akan menumpuk di prostat dan terjadilah pembengkakan.
"Biasanya makin tua akan berubah menjadi kanker prostat. Tapi kalau 50-65 biasanya hanya menjadi pembesaran prostat yang jinak," ungkapnya pada acara Kanal Kesehatan Tribunnews, Kamis (4/11/2021).
Oleh karena itu, cara pencegahan yang utama adalah melakukan pengecekan pada testosteron secara berkala. Dokter akan memeriksakan kondisi prostat. Apakah memiliki kadar yang diharapkan.
"Kita punya grafik di atas usia 55-60 tahun kadarnya adalah di atas 600. Bahkan mendekati 700 nanogram desiliter. Kalau 400 ke bawah, suntik aja langsung, atau diperbaiki," katanya lagi.
Baca juga: Apa Itu Kanker Prostat? Berikut Definisi, Gejala, serta Cara Penanganannya
Selain itu dr Binsar pun mengatakan selama praktiknya, laki-laki yang berusia 50 hingga 80 tahun dan masih aktif dengan seksual, tidak ada memiliki masalah dengan prostat.
"Tapi kalau yang sudah letoi, sudah 50 ini sudah ini rata-rata kena. Jadi memang hari ini sedang ada hipotesa penyebab gangguan prostat karena frekuensi ejakulasi berkurang. Sehingga cairan ejakulatif numpuk di prostat," pungkasnya.