Laporan Wartawan Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hingga saat ini, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) karena infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih belum ditemukan obatnya.
Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun dapat terinfeksi oleh virus HIV ini.
Namun berbeda dengan orang dewasa, anak-anak akan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda dirinya terkena HIV-AIDS.
Hal ini diungkapkan oleh dr Endah Citraresmi, Sp A (K). Virus HIV yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan kekebalan tubuh.
"Sehingga kalau seorang anak sering sakit, harus curiga. Ada gangguan pada kekebalan tubuhnya. Balita sakit bolak-balik ke rumah sakit. Batuk dan demam,mencret,"ungkapnya lewat siaran Radio Kesehatan, Jumat (3/12/2021).
Biasanya, memang anak-anak pada umumnya sering sakit karena daya tahan tubuh tidak sebaik orang Dewasa. Tapi pada anak yang terinfeksi Covid-19 akan berbeda.
Anak yang tidak terinfeksi Covid-19, sakitnya terbilang ringan. Sehingga bisa diatasi oleh tubuhnya. Kalau anak HIV sakitnya akan berat. Misalnya dapat menyebabkan Pneumonia berulang.
Baca juga: Tenaga Kesehatan Imbau Masyarakat Hapus Stigma Negatif Pada Pasien HIV-AIDS
"Sekarang sesek besok sesek lagi. Kalau diare lama, biasanya kalau diare anak normal seminggu. Ini kok sampai sebulan. Yang khas pada anak adalah berat badan tidak naik sehingga jadi gizi kurang, gizi buruk," katanya lagi.
Padahal orangtua sudah memberikan makanan yang cukup. Ciri yang paling menonjol lagi adalah mulut anak-anak mudah berjamur. Hal ini ditandai dengan rongga mulut tampak bewarna keputihan.
"Intinya anak ada infeksi berat berulang, pikirkan dia ada gangguan kekebalan tubuh. Jangan mengelak. Lakukan tes HIV pada anak. Jangan sampai anak datang dengan gejala berat," kata dr Endah lagi.
Karena kalau anak datang dengan gejala berat, maka pengobatannya akan sulit. Oleh karena itu harus ada kecurigaan pada orangtua.
Apa lagi kalau seorang anak mengalami gangguan kekebalan tubuh dengan ciri khas berulang dan bersifat berat.