Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menentukan seseorang diabetes, harus melalui pemeriksakan kadar gula darah tidak bisa hanya berdasarkan gejalanya.
Hal itu disampaikan saat berbicara pada rangkaian webinar #GoodKnowledgeGoodHealth bekerja sama dengan LSPR Communication & Business Institute, baru-baru ini.
Seseorang tidak langsung menjadi diabetes. Dimulai dari normal menjadi prediabetes lalu diabetes.
“Seseorang dikatakan diabetes apabila gula darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dl, gula darah post pembebanan glukosa (GDPP) 200 mg/dl, dan Hba1C ≥ 6,5 %," jelasnya.
Perjalanan Diabetes Melitus (DM) tipe 2: normal > prediabetes > DM tipe 2 > komplikasi > kecacatan dan kematian.
Baca juga: Faktor Penyebab Terjadinya Urine Berbusa: Penyakit Ginjal, Dehidrasi, hingga Diabetes
Baca juga: 8 Manfaat Cokelat Hitam untuk Kesehatan: Tingkatkan Kesehatan Jantung hingga Cegah Diabetes
Seperti diabetes yang ada perjalanannya, pencegahannya pun ada tahapannya.
Dr. Rulli mengatakan, untuk prediabetes dilakukan pencegahan primer. Orang yang gula darahnya meningkat, tidak normal lagi, tetapi belum diabetes, ada kemungkinan bisa kembali normal.
Namun, kalau sudah DM tipe 2, maka panahnya ke arah kanan, sangat sulit untuk berbalik ke belakang.
"Lakukanlah pola hidup sehat dengan mulai berolahraga, kurangi berat badan jika kegemukan, dan perbanyak makan sayuran dan buah-buahan," ungkap Dokter Rully.
Selain itu, keturunan merupakan salah satu faktor risiko pada diabetes, tetapi tidak bersifat satu gen.
Berbeda dengan hemofilia yang diturunkan dari kromosom X ke X. Pola keturunan pada diabetes bersifat poligenik.
Jadi, banyak gen yang terlibat, tetapi seseorang belum bisa mengidentifikasi yang mana yang paling dominan.
Baca juga: 8 Manfaat Cokelat Hitam untuk Kesehatan: Tingkatkan Kesehatan Jantung hingga Cegah Diabetes
“Sekalipun ada faktor keturunan, kita yang menentukan apakah faktor keturunan itu jadi bermanifestasi. Artinya, secara gen memang diturunkan, tetapi apabila kita menjaga pola makan yang baik dan berolahraga secara teratur, genetik itu tidak akan terbuka, tetap terkunci, tidak bermanifestasi menjadi diabetes. Itulah yang disebut dengan epigenetik,” ujar Dr. Rulli.