Laporan Wartawan Tribunnews.com, Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia boleh berbangga karena salah satu farmakolog Molekuler di negeri ini meraih peringkat pertama dalam jajaran 100 saintis dunia bidang obat-obatan dan kesehatan untuk wilayah Indonesia.
Adalah Dr Raymond Tjandrawinata peraih predikat tersebut.
Ia tercatat sebagai peneliti berbagai macam obat dari kimiawi sampai biologis dan pelopor Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).
Baca juga: Apa Itu Imunokompromais? Simak Penjelasan dan Rekomendasi Vaksin untuk Penderita
Predikat ini diberikan oleh The AD Scientific Index yang merupakan sistem pemeringkat dan analisis yang didasarkan pada kinerja ilmiah dan nilai tambah produktivitas ilmiah masing-masing saintis.
The AD Scientific Index memberi penilaian terhadap para saintis pada 3.514 universitas di 186 negara. Penilaian tersebut dibuat berdasarkan produktivitas dan efektivitas kerja para saintis dalam 5 tahun terakhir.
Baca juga: Update Kasus Omicron di Indonesia, Jumlah Terkini Total Ada 1.626 Orang
Banyak karya beliau yang sudah dilakukan uji klinik dan dipasarkan di berbagai belahan dunia.
Dr Raymond Tjandrawinata juga banyak meneliti OMAI yang dikembangkan dari bahan baku alami asli Indonesia bersama dengan para saintis di Rumah Riset Dexa Group, Dexa Laboratories of Bimolecular Sciences (DLBS) sejak 2005.
Penelitian tersebut telah diakui dan mendapatkan 64 paten di Indonesia dan mancanegara.
“Saya sangat bersyukur bahwa dengan sistem pemeringkat dan analisa ini, para peneliti mendapatkan apreasiasi sekaligus motivasi. Harapannya, kami semakin produktif menghasilkan produk penelitian yang inovatif dan berkualitas tinggi yang berguna tidak hanya bagi ilmu pengetahuan tetapi juga bagi masyarakat secara luas, bagi Indonesia, dan dunia,” ungkap Dr. Raymond, Senin, 24 Januari 2022.
Profil Dr Raymond Tjandrawinata
Dr Raymond Tjandrawinata tercatat sebagai Dosen dan peneliti di Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Executive Director DLBS PT Dexa Medica ini telah menjelajahi dunia sains hingga ke negeri Paman Sam.
Pada 1991, astronot wanita Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bernama Dr. Millie Hughes-Fulford mengajak Dr. Raymond untuk terlibat proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1) yang diterbangkan pesawat ulang alik ke luar angkasa dalam proyek penelitian osteoporosis pada astronot yang berada di gravitasi nol.
Dr. Raymond mengembangkan karir dalam penelitian obat dari bahan sintetik organik sejak ia menimba ilmu sampai tingkat Post Doctoral Fellow di Universitas Kalifornia, San Francisco.
Ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari ilmu rekayasa genetika di era '80-an, karena pada kurun waktu tersebut, ilmu rekayasa di Amerika baru berkembang dan di Indonesia belum sepenuhnya didalami.
Pada awal 2000-an, Dr. Raymond kembali ke Tanah Air dan berkarier di perusahaan farmasi terkemuka, PT Dexa Medica. Ketika itu pendiri PT Dexa Medica, (Alm.) Rudy Soetikno memiliki visi untuk mengembangkan obat-obatan dari kekayaan alam Indonesia.
Akhirnya di tahun 2005, Dr. Raymond dan para saintis di DLBS mengembangkan OMAI hingga saat ini. Penelitiannya di Dexa maupun di Atma Jaya menggunakan berbagai teknik mutakhir farmakologi molekuler yang melibatkan berbagai sistem “omics” termasuk genomics, proteomics dan metabolomics.