News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penyebab Tidak Semua Orang yang Terinfeksi TBC Alami Gejala Sakit

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah relawan melakukan kampanye penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Bundaran HI, Jakarta, Minggu (12/4).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak semua orang yang terinfeksi kuman TBC akan mengalami gejala sakit TBC.

Kondisi ini disebut dengan infeksi laten tuberkulosis (ILTB).

ILTB adalah suatu keadaaan dimana sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi bakteri mycobacterium tuberculosis secara sempurna, tetapi mampu mengendalikan bakteri TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC.

Karena itu, mereka dengan kondisi ini perlu mendapatkan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) untuk mencegah sakit TBC, terutama bagi kelompok berisiko seperti kontak serumah dan orang dengan HIV (ODHIV).

Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2021 disebutkan bahwa capaian pemberian TPT pada ODHIV hanya sebesar 5 persen.

Sedangkan capaian pada kontak serumah sebesar 0,2 persen.

Baca juga: Mitos atau Fakta, TBC adalah Penyakit Menurun? Berikut Penjelasan Dokter

Capaian ini masih jauh dari target cakupan TPT nasional, yaitu sebesar 40 persen pada ODHIV dan 29 persen pada kontak serumah.

Satu tantangan dalam pemberian TPT yaitu masih ada keraguan petugas kesehatan termasuk dokter dalam memberikan TPT bagi populasi berisiko.

Wakil Menteri Kesehatan RI dr Dante Saksono Harbuwono mengatakan pemberian TPT merupakan satu upaya penting dalam eliminasi TBC tahun 2030.

''Untuk mengatasi rendahnya cakupan TPT saya mengharapkan dukungan dan peran serta semua pihak, termasuk segenap anggota organisasi profesi kesehatan dalam memberikan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya TPT kepada segenap anggota organisasi profesi masing-masing dan kepada seluruh masyarakat,'' katanya dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (15/2/2022).

Baca juga: Menko PMK: Stunting dan TBC Tidak Hanya Terjadi di Masyarakat Miskin

Sejalan dengan itu, Direktur Eksekutif Yayasan KNCV Indonesia dr Jhon Sugiharto mengatakan, pemberian TPT bagi populasi berisiko dapat mendukung dalam penurunan insiden kasus TBC.

Capaian TPT 2021 masih jauh di bawah target, padahal penggunaan TPT dapat berkontribusi dalam upaya eliminasi TBC di negara dengan beban TBC tinggi, seperti Indonesia.

''Yayasan KNCV Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan memberikan perbantuan teknis dalam mendukung perluasan implementasi TPT di 34 provinsi melalui proyek IMPAAC4TB dengan dukungan dana United,'' ujarnya.

TBC masih menjadi masalah kesehatan dan menempati peringkat 10 teratas penyebab kematian di dunia.

Berdasarkan Global TB Report WHO 2021, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi ketiga di dunia. Diestimasikan terdapat 824 ribu kasus TBC baru pada tahun 2020 dengan angka kematian mencapai 93 ribu kasus atau setara dengan 11 kematian/jam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini